Dr. Ali Muhammad as-Sallabi, a prolific writer, is famous for his detailed books of history and biography that bring the past to life for modern readers.
Dr. as-Sallabi was born in Benghazi, Libya in 1383 H/1963 CE, and earned a bachelor鈥檚 degree at the Islamic University of Madinah, graduating first in his class. He completed his master鈥檚 and doctorate degrees at Omdurman Islamic University in Sudan. He has also studied the entire Qur鈥檃n and various Islamic sciences with respected scholars in Madinah and other parts of Saudi Arabia, as well as in Libya and Yemen.
Biografi ini perlu dibaca oleh Muslimin dan Muslimat bagi mengenali Khalifah yg ke 4. Menceritakan asal usulnya, keperibadianya, kedalaman ilmu agamanya dan kemampuan memerintah dan konflik yang berlaku sewaktu pemerintahanya,
Pada saat Ali bin Abi Thalib radiallahuanhu dibaiat sebagai Khalifah tahun 35 hijriah, agama Islam telah menyebar dari Mekkah dan Madinah hingga mencakup bekas-bekas kerajaan Romawi dan Persia yang telah ditaklukkan di masa Khulafaur Rasyidin sebelumnya. Wilayah-wilayah tersebut mencakup kota-kota besar seperti Kufah, Bagdad, Mesir, Palestina, dan lain-lain. Umat Islam pun menjadi semakin banyak dan beragam, tidak hanya mencakup Kaum Muhajirin dan Anshar serta para sahabat Nabi shalallahu alaihi wassalam lainnya namun juga masyarakat Arab selain para Sahabat dan masyarakat Ajam (Non-Arab).
Alhasil, kelompok-kelompok dan pemikiran-pemikiran yang ada di dalam tubuh Islam pun semakin beragam hingga akhirnya menyebabkan beragam konflik dan kepentingan yang berbeda. Pada masa Khalifah Abu Bakar dan Umar dampak dari konflik ini telah dapat diredam dan dicegah semaksimal mungkin. Namun di masa kekhalifan Usman bin Affan fitnah mulai muncul sampai Usman bin Affan dibunuh oleh segolongan kelompok yang membuat fitnah di tengah-tengah umat. Keadaan ketika itu menjadi tidak menentu. Pada saat-saat inilah Khalifah Ali Radhiallahu Anhu menjabat sebagai Khalifah. Beliau mendapatkan tugas yang berat, yaitu harus menyatukan umat Islam di tengah terbelahnya menjadi berbagai kelompok.
Ash-Shalabi dalam buku ini menunjukkan kepiawaian yang tinggi dalam menavigasi berbagai jalur riwayat mengenai kehidupan Ali bin Abi Thalib, khususnya di era konflik ketika beliau menjabat sebagai Khalifah. Ada beragam versi riwayat kehidupan Ali bin Abi Thalib yang seolah "diperebutkan" oleh kelompok-kelompok umat Islam hingga saat ini - katakanlah Sunni dan Syiah. Sebagai penganut Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, Ash-Shalabi mencoba meluruskan riwayat-riwayat yang terkadang sulit dipahami dan diterima, dikarenakan mencakup kejadian-kejadian yang berat seperti konflik antara para sahabat di Perang Jamal dan Perang Shiffin. Ash-Shalabi mencoba mengetengahkan riwayat-riwayat yang ditemukannya tidak shahih, yang menurutnya telah tercampur oleh ideologi-ideologi dan kecenderungan Syiah yang bernada negatif terhadap Sahabat-Sahabat Nabi shalallahu alaihi wassalam. Alih-alih mengabaikan riwayat-riwayat tersebut, Ash-Shalabi sengaja menjabarkannya seraya mengungkapkan kekeliruannya dan memberikan pandangan Ahlus Sunnah Wal Jama'ah yang lurus mengenai kejadian-kejadian tersebut. Alhasil, pembaca menjadi mempunyai pegangan yang kuat dari sumber-sumber Sunni dan jawaban yang melegakan untuk hal-hal pelik seperti konflik antar para sahabat Nabi di kala itu. Ini adalah upaya yang cukup sulit namun Ash-Shalabi berhasil dalam melakukannya.
Selain itu, seperti Biografi Khulafaur Rasyidin lainnya, Ash-Shalabi menceritakan kisah kehidupan Ali bin Abi Thalib dengan komprehensif, ilmiah, dan mendalam, baik dalam pembeberan kronologis kehidupan sang Amirul Mukminin dari masa pra-Islam hingga Kekhalifahannya, maupun dalam mengungkap beragam aspek pribadi beliau mulai dari Ali sebagai sepupu dan sahabat Nabi yang utama, kepala rumah tangga bagi istri dan anak-anak keturunan Nabi yang mulia, panglima perang yang gagah dan berani, ahli fikih yang tajam ijtihadnya, ahli hikmah yang kata-katanya berkesan, dan beragam peran lain yang dijalaninya. Ash-Shalabi juga cukup seimbang dalam mengungkapkan pandangan-pandangan para pakar dan penulis mengenai kehidupan Sang Khalifah, mulai dari para ulama Ahlus Sunnah Wal Jama'ah seperti Ibnu Arabi, Ibnu Taimiyah dan An-Nawawi; para ulama Khalaf; serta juga mengungkapkan kekeliruan yang kerap dilakukan oleh para penafsir Orientalis terhadap Sang Khalifah dan para Sahabat.