Suara Xerxes selalu mengiang di telingan Kashva setiap terbangun dari tidurnya. Anak dari perempuan pujaan yang dititipkan kpadanya ketika terjadi penyerangan oleh pasukan Raja Khosrou itu, kini terpisah darinya.
Minggu demi minggu dilalui Kashva di Tibet dengan mendaki 13 gunung suci bersama Biksu Tashidelek. Ia pun tenggelam dalam lautan peziarah di tempat berkumpulnya segala doa itu, demi satu tujuan. Menemukan kembali Xerxes!
Peristiwa hilangnya Xerxes membuat pikiran Kashva hanya tertuju untuk menemukan cara agar mereka dapat bertemu kembali. Kashva bahkan hampir lupa dengan tujuan utama dari pelariannya kali ini. Sebuah perjalanan panjang untuk mencari Astvat-ereta, Sang Al-Amin, guna menyucikan ajaran Zardust, sebelum akhirnya Tashidelek memberinya sutra-sutra Budha.
Kehilangan yang hampir membuat rasa putus asa juga dirasakan oleh 'Umar bin Khattab. Ia harus menggantikan Abu Bakar yang telah meninggal untuk berangkat ke medan jihad di Irak dan Syam. Rasa ragu dan takut sempat menghampirinya. 'Umar merasa tidak mampu menjadi pemimpin bagi banyak umat, sebab Nabi Muhammad dan Abu Bakar tidak bisa dijumpainya lagi untuk meminta bimbingan.
Perjalanan pencarian Kashva dan perjuangan para mujahid pada zaman pasca kenabian akan membawa kita kembali ke Jazirah Arab ribuan tahun lalu untuk merasakan hidup bersama Muhammad, Sang Manusia Pilihan. Akankah suasana khusyuk di Tibet yang membuat Kashva belajar banyak makna kehidupan dapat memberikan jawaban mengenai Al-Amin yang sedang dicarinya?
Tasaro (akronim dari namanya, Taufik Saptoto Rohadi, belakangan menambahkan "GK", singkatan dari Gunung Kidul, pada pen-name nya) adalah lulusan jurusan Jurnalistik PPKP UNY, Yogyakarta, berkarier sebagai wartawan Jawa Pos Grup selama lima tahun (2000-2003 di Radar Bogor, 2003-2005 di Radar Bandung). Memutuskan berhenti menjadi wartawan setelah menempati posisi redaktur pelaksana di harian Radar Bandung dan memulai karier sebagai penulis sekaligus editor. Sebagai penyunting naskah, kini Tasaro memegang amanat kepala editor di Salamadani Publishing. Sedangkan sebagai penulis, Tasaro telah menerbitkan buku, dua di antaranya memeroleh penghargaan Adikarya Ikapi dan kategori novel terbaik; Di Serambi Mekkah (2006) dan O, Achilles (2007). Beberapa karya lain yang menjadi yang terbaik tingkat nasional antara lain: Wandu; novel terbaik FLP Award 2005, Mad Man Show; juara cerbung Femina 2006, Bubat (juara skenario Direktorat Film 2006), Kontes Kecantikan, Legalisasi Kemunafikan (penghargaan Menpora 2009), dan Galaksi Kinanthi (Karya Terpuji Anugerah Pena 2009). Cita-cita terbesarnya adalah menghabiskan waktu di rumah; menimang anak dan terus menulis buku.
"Jika kisahmu diulang seribu tahun setelah kepergianmu, maka mereka yg mencintaimu akan merasakan kehilangan yg sama dgn para sahabat yg menyaksikan hari terakhirmu, wahai, Lelaki yang Cintanya Tak Pernah Berakhir." [opening words of Muhammad Para Pengeja Hujan]
Memang bahasa Tasaro GK lebih indah. Cerita Kashva tidak lagi dominan seperti dalam buku yang pendahulunya. Di dalam buku ini, ada banyak kejadian baru, nama tokoh-tokoh baru yang membuat kita lebih keras untuk menghapalnya.
Sayangnya, ada salah satu kisah yang menceritakan Sayidah Fatimah keberatan dengan kekhalifahan Abu Bakar karena merasa Sayyidina Ali lebih berhak. Memang masih banyak kekhilafan dalam kisah para sahabat, tapi rasanya kok ganjil buat saya. Seperti ada unsur syi'isme. Sehingga dari bintang lima yang saya nobatkan pertama membacanya saya ralat menjadi bintang empat.
Selain dari itu saya rasa buku ini bagus. Cukup detail untuk visualisasi dalam segala hal di setiap ceritanya. Walaupun banyak sekali perang tapi kita seperti sedang menyaksikan langsung atau menonton layar raksasa. Juga banyak fase masa kecil Rasulullah yang menarik tapi jarang dikupas. Yang terkenal adalah kala dada Nabi Muhammad SAW dibelah, padahal selain itu masih ada banyak moment-moment masa kecil Rasulullah yang luar biasa.
Dan itu ada di buku Tasaro ini, Muhammad 2: Para Pengeja Hujan.
novel super keren yang memuaskan dahaga saya akan kisah2 epic para sahabat dalam memperjuangkan agama Allah. Bagaimana para sahabat Rasul SAW selalu berpegang teguh pada apa yang sudah diwarisi oleh nabi. Saya paling suka cerita mengenai Khalid Bin Walid... sungguh.. betul2 IMBA (IMBALANCE)alias ga ada obat alias UNBEATABLE WARRIOR!!! bayangkan... dari awalnya si Khalid ini yang menjadi penyebab kekalahan umat Islam dalam perang Uhud, hingga akhirnya menjadi kunci kesuksesan kejayaan Islam dalam penyebarluasan kekuasaan.
Persia yang pada saat itu menjadi sebuah negeri yang sangat maju peradabannya, tentu saja mempunyai perlengkapan militer yang lebih dahsyat dibandingkan dengan bangsa Arab. Namun, Khalid ini merupakan panglima militer Islam yang sangat sangat... aduh, bagaimana saya menjelaskannya yah.. lebih baik baca sendiri dan rasakan hati bergelora, jiwa bergetar, saat membaca kisah2nya.. >,< duhai sungguh tiada kisah seagung kisah2mu ya Rasul dan para sahabat setiamu tentu saja.
Belum lagi kerajaan Romawi... beuuuuuuuuuuuuuuuh... kalau anda pernah mendengar tentang Jarjah (mungkin ini ejaan Arabnya, nama aslinya mungkin George.. atau apalah) seorang Jendral perang tentara Romawi yang dipercayakan untuk menghalau serangan kaum muslimin di Yarmuk, suatu daerah perbatasan yang berada dalam kekuasaan Romawi. Ini lebih dahsyat lagi! Jarjah berhadap2an dengan Khalid dan mengutarakan rasa penasarannya akan apa yang Khalid pernah bicarakan kala pertemuan sebelumnya, Jarjah merasa omongan Khalid ini merupakan kebenaran.
Itu baru dari Khalid wich is the most I like
belum lagi ada kisah epic Abu Bakar, beeeuuuuuuuuuuuuuuh..... Abu Bakar ini sungguh sosok seseorang yang jika beliau masih hidup saat ini dan memimpin negeri ini, sungguh akan terang benderang jadinya bangsa ini.
Kemudian kisah yang berkaitan dengan Umar, Abdurrahman Bin Auf, Ali, Utsman bin Affan, dll dll... yang pastinya.. kalo ngaku muslim, sayanglah melewatkan novel yang satu ini :)
Novel ini mengambil 2 sudut pandang, satu dari para kelompok muslim (madinah,Arab,) dan satu lagi dari sudut pandang seorang yang disebut2 sebagai sang pemindai surga bernama Kashva, saya belum membaca buku pertama sehingga kurang begitu paham pada awalnya siapa Kashva ini, namun seiring dengan banyaknya halaman yang terbaca, saya akhirnya dapat mengerti siapa Kashva ini, :) kisahnya sungguh menarik, karena ada twist yang tidak terduga pada ending novel.
kesimpulan saya yah ini novel terbaik yang saya pernah baca, sebelumnya saya nobatkan barty, namun sekarang barty terpaksa berada d urutan ke-2 lah.. haha... oh iya typonya lumayan banyak :P *CMIIW
Buku ini sukses membuat gw mewek-mewek ketika membacanya. Di buku pertama aja gue nangis bombay baca kisah Rasulullah yang setiap hari memberi makan pengemis buta walaupun dia selalu menjelek-jelekkan beliau. Di buku kedua ini, pembaca harus siap mental karena di sini dikisahkan wafatnya Rasulullah meninggalkan umatnya. Disusul dengan wafatnya Fatimah az-Zahra, sang buah hati Rasulullah dan Khadijah. Di sini juga dikisahkan bagaimana Khalid al-Walid memimpin pasukan Islam memperluas wilayah Islam hingga ke Persia.
Cerita menarik lainnya adalah kisah tokoh fiktif Kashva dan Astu. Gw pikir Astu, Parkhida, dan seluruh warga Desa Gathas udah "dihabisin" sama tentara Koshrou, tapi rupanya Astu berhasil jadi the only survivor dan dengan ilmu pengetahuannya dia kemudian jadi arsitek kebanggaan Persia yang nyiptain berbagai macam bangunan mutakhir kala itu dengan pake identitas palsu supaya gak diketahui pihak istana. Lalu gimana dengan Kashva? Setelah mengembara ke Tibet dan berkeliling 13 gunung suci dengan Vakshur dan Biksu Tashidelek, akhirnya dia dan Vakshur memutuskan kembali ke Persia. Drama istana dengan cerita kudeta-kudetaannya yang lazim terjadi ada juga di sini. Kehadiran Kashva di Persia tercium juga sama istana yang membuat dia ditahan, tapi malah akhirnya bisa tali kasih dengan Mahsya. Satu hal yang bikin gw terkejut adalah bahwa Elyas dan Tashidelek yang selama ini jadi sahabat pena Kashva rupanya hanya teman khayalan Kashva.
Selain bagian akhir buku yang bikin shock tentang fakta Kashva, pembaca harus kembali nyiapin mental dan tissue karena wafatnya sang khalifah pertama, Abubakar Assidiq. Moral lesson yang bisa gw ambil adalah bahwa menjadi pemimpin itu tanggung-jawabnya sangat besar. Sahabat Rasulullah pun awalnya agak berat hati dalam menggantikan kepemimpinan Rasulullah karena takut akan pertanggung-jawaban mereka kelak di akhirat. Namun akhirnya Abu Bakar bisa memimpin kaum muslimin sampai ujung usianya. Dari pengetahuan gw yang terbatas ini, dari empat khulafaur Rasyidin, hanya Abu Bakar yang wafat karena sakit (tua), bukan dibunuh seperti ketiga sahabat yang lain.
"Jika kisahmu diulang seribu tahun setelah kepergianmu, maka mereka yang mencintaimu akan merasakan kehilangan yang sama dengan para sahabat yang menyaksikan hari terakhirmu, wahai Lelaki yang Cintanya Tak Pernah Berakhir. Mereka membaca kisahmu, ikut tersenyum bersamamu, bersedih karena penderitaanmu, membuncah bangga oleh keberhasilanmu, dan berair mata ketika mendengar berita kepergianmu. Seolah engkau kemarin ada di sisi, dan esok tiada lagi."—hlm. 377
Benar-benar speechless setelah membaca buku setebal ini. Kisah masa kecil Rasulullah, kisah peperangan untuk menegakkan agama Islam, masalah-masalah yang muncul setelah wafatnya beliau. Semuanya rasanya seperti yang dikatakan oleh kutipan di atas 😭.
Selain kisah Rasulullah, kisah lanjutan pelarian Kashva dan kisah perebutan takhta di Kerajaan Persia juga seru. Cerita yang panjang dengan ending yang sangat mengejutkan. Membuat saya penasaran tentang bagaimana lanjutannya nanti di buku ketiga.
Jadi Kashva dan Vakshur melanjutkan perjalanan ke Tibet untuk mencari Xerxes dan Mashya. Sepanjang perjalanan, bersama Biksu Tashidelek, Kashva juga masih mencari bukti tentang kelahiran seorang manusia utusan Tuhan dari ajaran Buddha meskipun otaknya juga masih dipenuhi kekhawatiran tentang keselamatan Xerxes dan Mashya.
Sementara di Persia, pergantian penguasa takhta terjadi sangat cepat. Para bangsawan saling bunuh antar kerabat sendiri demi kekuasaan.
At last, saya ga sabar kepingin baca lanjutannya. 4 dari 5 bintang untuh Para Pengeja Hujan, I really liked it.
Ini buku kedua ya? Huhu sudah lama bacanya baru mau review. Pada intinya sama bagusnya dan sama bikin nangisnya dengan yang pertama. Dan waktu itu menunggu buku selanjutnya rasanya lama sekali. Jadi kepingin baca langsungan dari yang nomor 1 sampai nomor 4.
Saya memang tidak berharap banyak pada apa yang menjadi akhir buku ini. Hal itu karena saya tahu akan ada kelanjutannya. Namun, tetap saja keseluruhan isi buku ini sangat saya kagumi. Seakan membuka pandangan terhadap novel/buku biografi.
Tokoh-tokoh dalam buku ini punya sesuatu yang membuat cerita tak membosankan. Disajikan dengan baik dan jelas memang harus diakui. Akan tetapi, sayang sekali cerita mulai bergeser di bagian tengah, yang utama harus sampai di buku ini saja :').
Sungguh, tokoh utama dalam cerita sampingan ini membuat daya tarik cerita semakin mendebarkan. Tak sabar untuk segera membeli dan kembali membaca lanjutan kisah ini. :)
Inilah novel kedua dari novel biografi Muhammad, Nabi umat Islam yang dicintai seluruh umat. Setelah novel pertamanya, 'Muhammad, Lelaki Penggenggam Hujan', Tasaro kembali membawa pembaca masuk ke dalam masa awal mula penyebaran ajaran Islam melalui 'Muhammad, Para Pengeja Hujan'. Pembaca dibawa ikut merasakan bagaimana Islam membawa kedamaian untuk umatnya. Bagaimana kekuatan Islam menaklukan negara-negara sekitar Arab, termasuk Romawi dan Persia yang kokoh pemerintahannya pada masa itu. Namun yang terpeting dari semua itu, pembaca dibuat menyadari betapa pantasnya Nabi Muhammad dicintai dan ditaulandani dengan berbagai karakter yang memang amat mulia untuk seorang manusia. Tasaro melalui novelnya membangkitkan perasaan cinta pembaca untuk Sang Nabi, bukan dengan terpaksa, tapi dengan jatuh cinta lagi dan lagi.
Dengan dua novel biogafi ini, Tasaro tergolong berhasil menyuguhkan cara paling menyenangkan untuk mengenal Nabi Muhammad dan sejarah penyebaran Islam. Sebenarnya sudah sangat banyak buku non fiksi yang memuat sejarah tentang Nabi Muhammad. Tapi, novel Tasaro punya keunggulan sendiri. Jika membaca sejarah Nabi Muhammad dan sejarah Islam lewat buku non fiksi, pembaca cenderung akan merasa bosan dan merasa 'berat' karena disajikan layaknya buku pelajaran. Melalui novel pembaca akan lebih santai membaca dan lebih mudah untuk hanyut dalam kisahnya.
Layaknya sebuah novel biografi, secara keseluruhan cerita novel ini tentulah sudah bisa ditebak. Terutama untuk pembaca yang sudah tahu atau bahkan sudah hafal tentang sejarah Nabi Muhammad dan Islam. Novel ini tentu menceritakan hal yang sama. Namun, novel ini cenderung lebih kuat dan lebih segar dibaca dengan cerita yang dibuat mengalir dengan “rekaan-rekaan� percakapan yang sangat mencirikan karakter Nabi Muhammad. Seorang Nabi yang menghadapi berbagai masalah, berbagai hinaan dengan sabar, mulia dan tanpa dendam. Seorang Nabi yang tak pernah putus asa. Dengan keunggulan cara bercerita itu, membuat pembaca yang walaupun sudah tahu kisahnya tetap menikmati ceritanya yang jauh dari membosankan.
Pada Novel pertama, 'Muhammad, Lelaki Penggenggam Hujan', pembaca dibuat ikut merasa cemas dan deg-degan mengikuti perjalanan awal mula Nabi Muhammad menyebarkan Islam. Masa-masa yang sulit membuat pembaca bergidik, resah dan sedih. Salah satunya merasakankan perang Uhud yang memberikan kepedihan teramat besar bagi umat Islam kala itu. Pembaca dibuat ikut merasakan kesedihan dan kemarahan atas kematian paman Nabi Muhammad, Hamzah yang dibunuh dengan cara keji oleh kaum Quraisy. Begitu pula tentang cerita bagaimana kekuasaan Allah membuat Umar Bin Khatab, lelaki arab masa itu yang termasuk dalam daftar orang paling ditakuti kebengisannya. Diceritakan bagaimana Umar Bin Khatab yang awalnya sangat membela kepercayaan menyembah berhala hingga berpaling menjadi salah satu pembela Islam yang paling tangguh.
Pada novel ke dua ini, 'Muhammad, Para Pengeja Hujan' tentulah menceritakan kelanjutan bagaimana penyebaran Islam setelahnya. Islam melesat pesat, menaklukkan negara-negara 'raksasa' seperti Romawi dan Persia. Berbagai kemenangan yang sebelumnya tampak mustahil diraih, menjadi bukti Islam memang agama Allah dan Nabi Muhammad berikut penyebar Islam selalu dilindungiNya. Pembaca dibuat ikut merasakan kebanggaan yang membuncah bersama kemenangan itu.
Namun ditengah-tengah masa kejayaan, Nabi Muhammad kembali kepada-Nya. Pembaca ikut merasakan kepedihan dan kesedihan yang dirangkaikan Tasaro dengan Apik. Ditambah lagi dengan berbagai masalah yang satu per satu bermunculan sepeninggalan Nabi Muhammad. Benih-benih perpecahan yang bermunculan hanya sesaat setelah kepergian Rasulullah SAW membuat pembaca ikut merasakan kecemasan dan kemarahan. Bagian sejarah ini tak terlalu menyenangkan dibaca. Tapi Tasaro menulisnya dengan menarik hingga membuat pembaca bisa memahami mengapa benih-benih perpecahan itu mucul.
Kisah pada novel lalu mengalir mengikuti Abu Bakar yang menjadi Khalifah pertama. Sungguh amat sulit kiranya menjadi seorang Abu Bakar, Khalifah pertama sepeninggal Rasulullah. Jika ada orang yang paling miskin di Madinah saat itu; itu adalah beliau, khalifah, pemimpin ummat Islam, karena takutnya beliau kepada Allah SWT dan ketaatannya kepada Rasul-Nya. Belum lagi konflik dengan Fathimah, putri sahabat yang dicintainya.
Ingin menjamin pembaca tak merasa bosan membaca, Tasaro juga menyelipkan cerita tentang pewaris ajaran Zardusht, Persia, Kasva yang berkelana mencari jawaban atas kabar tentang seorang lelaki mulia yang diramalkan datang membawa pencerahan di dunia. Ramalan yang ada di hampir seluruh ajaran yang ada. Kasva berkelana mencari jawaban-jawaban tentang Nabi Muhammad dengan dikejar-kejar penguasa yang takut akan punahnya ajaran Zarduhst jika jawaban itu membuktikan kebenaran ramalan.
Selang-seling cerita mengenai petualangan Kasva yang diiringi diskusi dan analisis dengan kenalan-kenalan sepanjang perjalanan tentang ramalan pencerah yang akan datang dan perjalanan Nabi Muhammad membuat cerita semakin tak membosankan. Malah membuat pembaca lebih mudah untuk memahami tentang sejarah di balik datangnya Islam.
Secara keseluruhan agaknya Tasaro bukan hanya menceritakan tentang Nabi muhammad saja. Novel ini lebih kaya dari itu. Penceritaan yang masih detail setelah sepeninggalan Nabi Muhammad setidaknya membuat novel ini pantas disebut sebagai novel Sejarah Islam.
Buku bagus, novel sejarah dr akhir hidup Nabi smp pengangkatan Umar. Yg plg menarik cerita mengenai Khalid yg memimpin Islam menaklukkan Persia dan Romawi..
It's been a while since I read a good indonesian book. This is far beyond my expectation.
It was well written. Not just well. The writting is absolutely great. If one doesn't really like the history but want to know about our Prophet Peace Be Upon Him. Then you should try to pick this up...
Kashva telah sampai di Tibet, di Puncak Kesepuluh Pegunungan Suci di mana ia bertemu dengan Biksu Tashidelek. Sekarang Kashva hanya ditemani Vakhshur, ia kehilangan jejak Mashya dan Xerxes setelah hanyut terbawa arus sungai ketika meninggalkan Gunung Kailash. Ia kini bimbang antara mencari jejak Astvat-ereta atau mencari Xerxes dan Mashya. Di Kuil Perdebatan, ia mendengarkan kisah Budha Maitreya, Budha yang memiliki ciri-ciri yang hampir sama dengan Astvat-ereta dari ajaran Zardhust kepercayaannya.
Dalam perjalanan ini, sesuatu yang aneh terlihat dari sikap Vakhshur kepada Kashva, seperti ada yang disembunyikan oleh anak muda itu, bahkan pesan yang disampaikan Biksu Tashidelek juga memperkuat kecurigaannya terhadap Vakhshur. Meski demikian, Vakhshur tidak mau menceritakan rahasianya itu kepada Kashva, ia malah menemukan jejak Xerxes dan Mashya di antara pahatan-pahatan yang ada di Pegunungan Tibet. �Mashya, Xerxes, ke Persia�.
Sementara itu di Persia, terjadi pertumpahan darah akibat perebutan kekuasaan. Seorang arsitek ternama perempuan bernama Atusa diminta untuk bertemu dengan Para Putri keturunan Khosrou, yang meminta bantuannya untuk menghidupkan kembali pasukan Atanatoi, pasukan Immortal yang melindungi pemimpin Persia. Atusa yang ternyata memiliki kemampuan militer yang baik, diangkat menjadi Jenderal Atanatoi. Meski Atusa tahu, akan ada peperangan lagi di Persia untuk perebutan kekuasaan yang dilakukan para Putri (Purandokht, Azarmidokht dan Turandokht) terhadap kekuasaan Persia sekarang ini, tetapi yang terlihat paling berambisi merebut hanyalah Putri Azarmi. Kudeta terjadi, Putri Puran terbunuh dan Putri Turan terancam nyawanya, semua karena ambisi Azarmi untuk mencapai Kursi kepemimpinan Persia. Atusa, Sang arsitek dan ahli militer itu ternyata menyimpan masa lalu yang dipalsukannya selama ia menetap di Persia. Ia bukan hanya mata-mata, ia seorang perempuan yang menyimpan dendam kepada Khosrou dan berniat membalaskannya.
Di Madinah, datanglah banyak utusan dari berbagai negeri yang menerima Kenabian Muhammad atau membayarkan pajak untuk mereka yang tetap dalam agamanya, sebagai ganti perlindungan Islam kepada mereka. Perluasan Islam oleh Pasukan juga mulai menyisiri daerah Utara. Nabi mengutus Usamah sebagai pemimpin pasukan, untuk memberikan pilihan kepada Rakyat di negeri yang akan mereka datangi, memeluk Islam atau tetap dalam Agama mereka tetapi membayar pajak keamanan, atau jika tidak memilih keduanya maka mereka berarti memilih berperang.
”Setiap yang hidup pasti mati, segala yang baru pasti basi, setiap yang besar pasti sirna.�
Nabi Muhammad mengehembuskan nafas terakhirnya, setiap sudut Kota Cahaya seolah kehilangan Cahayanya. Semua orang di sana berduka kehilangan Rasulullah, pemimpin dan orang yang mereka cintai. Belum lagi Rasulullah dikebumikan, perselisihan tampuk kepemimpinan mulai terjadi baik antara Kaum Anshar atau pun Kaum Muhajirin. Meski perselisihan itu dapat diselesaikan dengan dibaiatnya Abu Bakar sebagai Khalifah pengganti Rasulullah, tapi perpecahan dan pembangkangan Umat Islam mulai muncul di mana-mana. Sang Nabi yang sudah wafat seakan dijadikan alasan mereka untuk berkelit lagi dari kepercayaan mereka terhadap Islam. Belum lagi perbedaan pendapat antara Abu Bakar dengan Fatimah putri Rasulullah tentang harta warisannya. Umat Islam di ambang perpecahan, sedang dirinya terlibat sengketa dengan Putri Rasulullah, sanggupkah Abu Bakar meneruskan kepemimpinan Rasulullah dan membawa kejayaan Islam kembali?
Buku kedua dari Novel biografi Muhammad ini sejak awal sudah mampu memikat pembaca. Beberapa percakapan yang mungkin dalam bahasa Persia ada di dalamnya, tetapi tidak perlu khawatir tidak mengerti, karena disertakan pula penjelasannya, sehingga kita tidak kesulitan memahaminya. Alur cerita terjadi di 3 bagian dunia berbeda, tetapi penulis mampu menghubungkan satu dengan yang lainnya dengan cermat sehingga menghasilkan hubungan di antaranya.
Untuk typo, nggak parah sih.. hanya beberapa saja, di antaranya :
Hal. 334, �Haru ada yang mati. Hanya boleh ada satu ratu dalam satu istana.�
Hal. 588 dan 589, penulisan nama Al-Mutsanna yang berubah menjadi A-Mutsanna
Melannjutkan kisah sebelumnya, kali ini perjalanan Kashva seolah mulai berbelok dari tujuan utamanya. Hilangnya Xerxes mau tak mau membuat Kashva menunda keinginannya bertemu Elyas di Suriah. Bersama Bikshu Tashidelek dan Vashkur, Kashva akhirnya terdampar di dataran tinggi Tibet, mencari jejak Buddha Maitreya sekaligus berusaha menemukan Xerxes.
Sementara di Persia, perebutan kekuasaan seolah tak pernah berhenti. Mangkatnya Khosrou II di tangan putranya sendiri menimbulkan pertumpahan darah yang tak kunjung berakhir. Adalah Putri Azarmi, putri bungsu Khosrou yang berusaha menghentikan perebutan kekuasaan tersebut. Dengan meminta bantuan Atusa, seorang arsitek yang sedang namanya sedang berkibar di Persia, Arzami berniat menghidupkan kembali Atanatoi, sebuah pasukan yang melegenda di Persia. Usaha "menghidupkan" kembali Atanatoi berhasil, namun sayangnya itu tetap tak cukup untuk mengakhiri pertumpahan darah di Persia.
Kashva sendiri memutuskan untuk kembali ke Persia setelah mendapatkan petunjuk dalam perjalanannya di pegunungan Tibet. Perjalanan pulang yang tak bisa dibilang mulus karena Kashva harus kehilangan kotak kayu berharganya serta harus tertangkap saat tiba di Madain, ibukota Persia.
Secara umum, Para Pengeja Hujan ini cukup berhasil menuntaskan rasa penasaran saya akan perjalanan Kashva yang terpenggal di buku sebelumnya. Yah, meski di akhir cerita saya harus menghadapi kenyataan pahit bahwa Kashva ternyata tak "sewaras" yang dia pikirkan. Namun mengingat buku ini rencananya berbentuk trilogi, maka tentunya akan masih ada kisah lain dari Kashva yang tak mungkin kita lewatkan. Entah itu kelanjutan perjalanan Kashva atau penjelasan dari kondisinya. Dan entah kenapa selama membaca buku ini saya berpikir mungkin seharusnya cerita Kashva ini disatukan dalam sebuah buku tunggal, sehingga lebih nyaman dalam membacanya.
Tentang kisah Rasulullah sendiri, pada buku kedua ini kisah kehidupan Rasulullah lebih difokuskan pada sirah setelah penaklukan Mekkah, ditambah sedikit kisah kekhalifahan pertama sepeninggal Rasulullah. Perasaan kurang nyaman hinggap di kepala saya ketika membaca bab diangkatnya Abu Bakar menjadi khalifah, terutama seputar perselisihan antara Khalifah Abu Bakar dengan putri kesayangan Rasulullah, Fatimah.
Hal ini mungkin dirasakan juga oleh pembaca lainnya, seperti yang saya baca di beberapa resensi. Namun jika melihat daftar referensi yang digunakan, rasanya tak pantas jika saya mempertanyakan usaha Penulis dalam menyusuri jejak sejarah ini, terutama jika pembacanya tak memiliki referensi yang lebih baik. Saya hanya berharap sepenggal kisah pilu tersebut tidak merubah pandangan kita baik terhadap Abu Bakar maupun kepada Fatimah.
Dalam buku ini dikisahkan juga bagaimana upaya Khalifah Abu Bakar dalam memenangkan hati umat yang meragukan kepemimpinan beliau. Menjadi pemimpin langsung dalam beberapa peperangan melawan eks-muslim yang murtad sepeninggal Rasul, hingga mengirimkan utusan-utusan untuk menyebarkan Islam ke berbagai penjuru. Khalid bin Walid dikirim ke Persia, Abu Ubaidah dikirim ke Romawi, kemenangan demi kemenangan pun dicapai.
Sayangnya di tengah kemenangan tersebut terselip berita duka. Di Madinah, Khalifah Abu Bakar sakit parah. Tahu kalau waktunya sudah tak lama lagi, Khalifah Abu Bakar menunjuk Umar bin Khattab sebagai penggantinya. Pengangkatan Umar sebagai khalifah menjadi penutup dari buku kedua dari trilogi Muhammad ini. Sanggupkah Umar menjalankan amanah berat tersebut?
Akhirnya selesai juga membaca buku setebal 688 halaman ini, dan seperti mengetahui permintaan pembaca buku sebelumnya, di buku ini, penulis menambah porsi kisah Sang Nabi dan para sahabat lebih banyak ketimbang dari petualangan Kashva.
Masih seperti buku pertamanya, buku ini saya berikan bintang 5. Susunan kata dan kalimatnya sungguh indah, penulisnya benar-benar piawai dalam memainkan kalimat, kata perkata dipilih dengan sangat hati-hati. Ada beberapa bagian yang menjadi pertanyaan saya, seperti entah kenapa penulis memilih untuk mengisahkan masa kecil Sang Nabi di buku kedua ini, bukan di buku pertama. Lazimnya, saya kira kisah Sang Nabi akan dipaparkan pada buku pertama sebagai awal tanda kenabiannya, tapi ternyata tidak, terjawab sudah pertanyaan saya di buku sebelumnya, kenapa saya tidak menemukan kisah masa kecil Sang Nabi, bagian dimana Beliau dibesarkan oleh Halimah, ibu susunya, ternyata baru di buku kedua saya menemukannya.
Penulis juga buru-buru "mewafaatkan" kisah Sang Nabi. Well, itu kesan yang saya dapat, soalnya, baru separuh buku ini, penulis sudah menceritakan bagaimana Rasulullah wafat. Sayang, saya merasa ada detail kecil yang penulis lewatkan, tapi justru sebelumnya sangat saya tunggu-tunggu bila sudah waktunya pada bagian ini, yaitu kisah yang saya selalu dengar, ketika Sang Nabi akan dipanggil, diujung nafasnya, Beliau berkata "Ummati..Ummati.. Ummati" Nah ini, justru saya tidak temukan di buku ini, kecewa sih.
Jika buku pertama berjudul, Sang Penggenggam Hujan, yaitu Rasulullah saw sendiri. Maka, saya berkesimpulan bahwa Para Pengeja Hujan adalah para sahabat Rasulullah, bagaimana mereka berjuang menegakkan panji Islam selepas ditinggalkan Sang Nabi. Nah, ternyata benar, separuh buku ini lagi menceritakan tentang perjuangan para sahabat, yang didominasi oleh kekhalifahan Abu Bakar, dan pertempuran Khalid bin Walid ketika mengalahkan Persia dan Romawi. Splendid! semuanya berhasil diceritakan oleh penulis dengan detail, seakan-akan saya ikut berada di dalamnya.
Overall, memang ada beberapa bagian yang saya pertanyakan, ketika cerita yang disampaikan sedikit membentur ingatan saya, pertanyaan "emang ini iya yah?" ketika Ali pernah menolak untuk membaiat Abu Bakar diawal masa pengukuhannya. Tapi, tak lantas mengurangi nilai bintang buku ini. Petualangan Kashva pun juga menarik, beberapa tokoh sahabat Kashva di buku pertama yang samar keberadaannya terjawab sudah di buku kedua ini, seperti Elyas dan Biksu Teshidelek.
Masa-masa setelah beliau wafat, semakin menegangkan. Siapa yang akan memperjuangkan kebenaran di bumi ini? Rindu engkau ya Rasul...
Sinopsis: "Paman, tolong aku! Tolong aku, Paman!"
Suara Xerxes selalu mengiang di telingan Kashva setiap terbangun dari tidurnya. Anak dari perempuan pujaan yang dititipkan kpadanya ketika terjadi penyerangan oleh pasukan Raja Khosrou itu, kini terpisah darinya.
Minggu demi minggu dilalui Kashva di Tibet dengan mendaki 13 gunung suci bersama Biksu Tashidelek. Ia pun tenggelam dalam lautan peziarah di tempat berkumpulnya segala doa itu, demi satu tujuan. Menemukan kembali Xerxes!
Peristiwa hilangnya Xerxes membuat pikiran Kashva hanya tertuju untuk menemukan cara agar mereka dapat bertemu kembali. Kashva bahkan hampir lupa dengan tujuan utama dari pelariannya kali ini. Sebuah perjalanan panjang untuk mencari Astvat-ereta, Sang Al-Amin, guna menyucikan ajaran Zardust, sebelum akhirnya Tashidelek memberinya sutra-sutra Budha.
Kehilangan yang hampir membuat rasa putus asa juga dirasakan oleh 'Umar bin Khattab. Ia harus menggantikan Abu Bakar yang telah meninggal untuk berangkat ke medan jihad di Irak dan Syam. Rasa ragu dan takut sempat menghampirinya. 'Umar merasa tidak mampu menjadi pemimpin bagi banyak umat, sebab Nabi Muhammad dan Abu Bakar tidak bisa dijumpainya lagi untuk meminta bimbingan.
Perjalanan pencarian Kashva dan perjuangan para mujahid pada zaman pasca kenabian akan membawa kita kembali ke Jazirah Arab ribuan tahun lalu untuk merasakan hidup bersama Muhammad, Sang Manusia Pilihan. Akankah suasana khusyuk di Tibet yang membuat Kashva belajar banyak makna kehidupan dapat memberikan jawaban mengenai Al-Amin yang sedang dicarinya?
Pertanyaan kelima: Terus itu Xerxes dan Turan ngapain?
Pertanyaan keenam: (Masih banyak pertanyaan ga penting lainnya)
Novel bergenre historical-fiction dari Tasaro selalu asik untuk dibaca (kata saya). Di bukunya yang kedua ini (maksudnya bukan buku kedua dalam arti tersurat, tapi buku serial ini, apapun itu, ngerti lah ya) lebih banyak menceritakan masa pasca wafatnya Rasulullah, dan yang lebih dominan adalah masa kekhalifahan Abu Bakar. Banyak juga kisah tentang Khalid bin Walid. Subhanallah, sebenernya saya penasaran juga. Soalnya kalo di Sirah Nabawiyah Mubarakfury kan ga gitu ngebahas setelah wafatnya Rasulullah (yaiyalah ya). Ada hal-hal yang bikin saya mikir, "kok kaya gini ya?" "emang iya ya kaya gini?" "ko kalo selama ini, ga pernah diceritain kaya gini ya?" Harus disikapi dengan bijak (apa deh).
Intinya, Sahabat Rasul pun manusia, semua yang terjadi insyaallah untuk diambil ibrahnya. Dengan kaya gini, kan jadi lebih semangat lagi untuk belajar sejarah :)
Selamat membaca untuk yg lagi baca dan selamat penasaran bagi yang belum baca.
*Padahal saya udah berusaha nebak-nebak di akhir buku ini Kashva bakal ketemu Khalid bin Walin di Madain. Taunya Khalid bin Walid ke Romawi dan Kashvanya 'berhalusinasi' terus ke Suriah 'bertiga' sama El dan Biksu. Padahal biasanya tebakan saya tepat. Yaaa, berharap ada lanjutannya. :p
Ada jeda yang sangat panjang dari baca buku satu ke buku ini. yang satu bacanya di 2010. yang dua di 2015, setelah empat tahun di rak buku.
saat membaca buku ini saya bahkan sudah lupa siapa kashva itu dan tidak ingat apa dibuku sebelumnya sudah ada astu atau belum hmm.. Dalam buku ini banyak membahas sirah rasul dan zaman pemerintahan abu bakar. Saya sangat senang dan enjoy membaca kisah rasul saw, tapi secara pribadi kurang sreg dengan gaya bahasa yang ada dalam buku ini dalam mengisahkan beliau. Rasanya lebih cocok dengan bahasa referensi atau klo bahasa filmnya genrenya dokumenter. menurut saya. berarti bukan novel lagi dunk..^_^
buku ini jauh dari tidak menarik..tapi sangat menarik..tapi isi cerita yang menarik jadi terganggu dengan banyaknya typo. karena banyaknya typo inilah yang buat 5 jadi 4 dan cerita kashva yang menggantung mwmbuat 4 jadi 3 bintang.
Di buku kedua ini berfokus pada masa setelah wafatnya Rasulullah. Dimulai dengan pengangkatan Abu Bakar sebagai khalifah, juga mulai tumbuhnya perselisihan baik antar sahabat ataupun umat lainnya. Munculnya Nabi-nabi palsu yang berujung perang. Juga penaklukan wilayah Irak dan Persia. Sedangkan kisah sang Pemindai Surga alias Kashva agak kurang menarik menurut saya. Terlebih di bagian perjalanan di Tibet mendaki Gunung Suci seakan tak ada habisnya, cenderung membosankan. Tapi di bagian akhir cukup mengejutkan juga tentang fakta bahwa selama ini Kahsva berhalusinasi tentang sahabat-sahabat pena-nya. Kisah di buku kedua cenderung fokus pada perebutan tahta Persia dan juga Astu. That's why bagian tentang Kashva kurang dominan. 'Ala kulli hal, membuka mata dan hati khusunya bagian sirahnya. Suka!
Muhammad #2 Para Pengeja Hujan By. @tasarogk 752 halaman
Perjalanan Kashva belum selesai, dan perjalanan kali ini dimulai serta diakhiri dengan kehilangan demi kehilangan.
Kashva dan Vakhshur yang terpisah dari Mahsya dan Xerxes, mengantar mereka pada pertemuan dengan biksu Tashidelek. Seorang Lama dari Biara di gunung Anyemaqen. Setitik demi setitik terang mulai terkumpul dalam 'benak'nya. Sementara kehilangan dan kerinduan pada bocah 4 tahun kesayangannya menjadi penyakit yang menggerogoti. Juga, apa yang disembunyikan Vakhshur selama perjalanan mereka kali ini? Sebuah twist yang membuat penasaran!
Kala Madinah tengah berjaya, pencarian Kashva mulai menemui titik-titik garisnya, Persia justru tengah dirundung rayap pencari kekuasaan. Menggerogoti setiap nadi kehidupan dengan membunuh atau dibunuh. Kekuasaan seperti darah bagi para monster penghisapnya. Begitu menggiurkan. Atusa dengan Atanathoi di bawah pimpinannya juga terpaksa tertawan dalam carut marut itu. Atau sengaja menawan diri di dalamnya. Dan dalam gelimpangan tubuh tak bernyawa itu, kejatuhan Persia mulai terasa.
Di tempat lain, Madinah tengah menggapai sedikit demi sedikit kemenangan beruntun. Sejengkal demi sejengkal tanah dimerdekakan. Sekepala demi sekepala di Islamkan. Namun, di tengah itu semua ... kaum muslim sejenak saja segera diempas oleh kehilangan besar sepanjang masa. Rasulullah memilih bertemu dengan Rabbnya. Perjalanan dakwah ini, genggaman hujan yang selama ini di tangannya, selesai. Memberi jalan bagi para pengeja hujan menguji ketetapan dalam hatinya, mengeja setiap ayat agar tetap tegak.
"Barangsiapa menyembah Muhammad, sesungguhnya Muhammad telah tiada. Dan barangsiapa menyembah Allah, sesungguhnya Allah itu Maha Hidup dan tidak pernah mati."
Teriakan Abu Bakar seolah terdengar. Menumpah ruahkan bandang air mata pada orang-orang beriman. Juga hambur tumpah ruah di mataku. Sebagaimana Umar yang tergugu, dan kaum muslim yang terpana, hati kita juga dibuat ikut sesak karenanya. Sungguh kehilangan besar.
Buku ini, berhasil mengajak kita untuk menyusuri perasaan para Sahabat sepeninggalan Muhammad.
Sungguh, sesak dan kesedihan ini justru ternikmati. Kerinduan yang terbayar.
Di buku ini, aku merindukan Xerxes. Si kecil 4 tahun yang menghilang dan sendirian. Aku tergemap kekaguman, pada Atusa sang jendral. Juga tercerap keputus asaan yang dalam, pada perjalanan Kashva yang terjal dan menjulang halang rintang. Kisah yang hidup dan menggetarkan. Yang membangunkan kembali jiwa-jiwa kita pada pertanyaan: Sudah sejauh mana kita mengenal perjalanan dakwah Islam, sejak Rasul di perintahkan hingga ejaan dari para Khulafaur Rasyidin? Adakah diri kita rindu pada kegegap gempitaan iman di masa lampau?
Masih, apik. Beberapa kekurangan di buku sebelumnya cukup terobati di buku yang kedua ini. Terlihat dari misalnya di buku pertama menuai kritik karena tidak menceritakan kisah Nabi semenjak kecil, dan dijelaskan semenjak awal di seri kedua ini. Kemudian tata penyaduran dari sumber lainnya saya katakan lebih baik juga dibanding seri pertama. Penggunaan nomor dan catatan kaki menunjukkan sumber2 penceritaan di buku ini. Dua poin itu saya bilang kemajuan dari seri pertamanya. Serta penggunaan istilah2 dan bahasa Farsi (Persia), sebagaimana latar tempatnya diceritakan.
Tentu saya cukup terpukau dengan narasi2 penggambaran alam di tibet yang kelihatannya indah nian. Namun saya tak menampik mendapati kesan bahwa penulis lebih memiliki minat dalam menceritakan perang dan perang. Sampai pada beberapa kesempatan saya merasa jemu dengan kisah Nabi (dan pasca wafat beliau) dan berharap segera beralih kepada penceritaan tentang petualangan Kashva. Sayangnya pula kisah Kashva terkesan agak sedikit dan dengan sedikit pula kesan bingung terhadap penokohan Kashva yang agak kurang waras kesehatan akalnya (bahkan ternyata dari semenjak sebelum memulai petualangan).
Yang sangat saya sayangkan dari penceritaan kisah Nabi di sini ialah penceritaan kisah2nya pada beberapa episode diceritakan begitu parsial--sepotong, tidak utuh. Meskipun disandarkan pada beberapa biografi besar lainnya. Dan itu terasa sekali, dan cukup mengganggu bagi saya yang sudah membaca kisah Nabi yang lebih utuh. "Lah, kok gini? Bagian ininya mana? Lah, kok langsung lompat?" Padahal dalam beberapa episode, kisah yang hilang itu justru merupakan peristiwa2 penting, yang malah tidak diceritakan penulis. Dan yang lebih saya sayangkan lagi ialah pemotongan teks Alquran. Saya sih oke saja jika penulisan ayat2nya langsung berupa terjemahan. Terjemahan bebas pun tidak masalah bagi saya. Tapi pemotongan ayat? Di titik ini saya tidak bisa menahan diri untuk mengumpat pada saat membacanya.
Sebagaimana seri pertama, saya anjurkan bagi pembaca yang baru saja ingin memulai mengenal sejarah Nabi melalui gaya penceritaan Novel. Namun saya sangat kurang menganjurkan bagi orang2 yang ingin meresapi kisah Nabi secara kuat dan utuh. Omong2 saya sedikit berandai, penulis bercerita banyak mengenai ajaran Zardhust, Hindu dan Buddha, tapi tanpa sedikit pun memberi petunjuk saduran. Apakah benar ajaran agama2 yang disebutkan itu demikian sebagaimana cerita atau.. emh.. imajinasi kosongnya saja? Sedikit kewaspadaan sih, kalau bercerita tanpa dalil itu ga baik. Bisajadi jatuhnya ke menyebarkan kebohongan terkait ajaran yang disebutkan dengan tidak akurat itu...
Karena saya tipikal pembaca lambat yang berusaha menikmati per-bab dalam cerita, tidak bisa dipungkiri penggunaan bahasa dalam buku ini berat untuk saya.
Pembukaan dengan latar Fathul Mekkah lalu dilanjut dengan cerita masa kecil Nabi Muhammad S.A.W membuat saya bernostalgia dengan masa-masa kecil saya yang begitu terkagum dengan cerita-cerita nabi dan rosul. Cerita menjadi lebih hidup dengan penggunaan sudut pandang orang-orang di sekitar Nabi: Halimah, Abdul Mutthalib dan lainnya.
Tentu saja kebahagian ini harus terhenti karena selepas fathul mekkah adalah tahun-tahun terakhir Nabi berada di dunia. Buku ini juga berusaha memberikan kisah tentang akhir hayat Fatima Az-Zahra dan perseteruannya disaat ke-Khalifah-an berusaha ditegakkan.
Di sisi lain, peperangan harus dilecutkan untuk mengusir dua imperium besar dari Jazirah Arab, salah satu tokoh yang menjadi sentral dalam hal ini adalah Khalid bin Walid yang setelah mencundangi para nabi palsu kemudian beralih pada Persia lalu Romawi.
Di Madain, Jenderal Atusa menjadi orang kepercayaan Khosrou untuk membuat Pasukan Athanatoi, tetapi Persia terlanjur larut dengan perang saudara tak menentu yang membuatnya berganti kepemimpinan semudah membalik telapak tangan. Hal ini membuat Jenderal Atusa terusir dari Madain entah kemana.
Kashva sendiri hidup tak menentu mencari Biksu Tashidelek hingga berakhir tragis di jebak masuk penjara oleh sang Khosrou.
Pada buku ini selain banyak berfokus pada pemerintahan dan peperangan, juga banyak mengulas tokoh Jenderal Atusa yang di bagian akhir akan dibeberkan siapa identitas sebenarnya. Di beberapa bagian akan sulit dicerna selain karena latar cerita yang berasal dari era keruntuhan Persia juga penggunaan nama-nama Persia yang asing. Mungkin itu pendapat saya saja, tapi tak bisa dipungkiri betapa saya menikmati buku fiksi sejarah seperti ini. Menurut saya buku fiksi sejarah dengan perpaduan antara fiksi dengan timeline sejarah yang benar, harus lebih banyak ada di Indonesia. Selebihnya, saya berharap Tasaro GK dapat menelurkan cerita-cerita seperti ini lagi kedepannya.
Emosi yang disuntikkan Tasaro di buku kedua Tetralogi Muhammad ini dobel dosisnya dari buku pertama.
Kisah cinta Aminah dan Abdullah jadi pembuka disajikan pake narasi yang elegan, indah, dan menyayat nyayat. Sahabat idola saya nomor 2 setelah Umar Bin Khattab: Khalid bin Walid, yang hanya disinggung dikiiit di buku pertama, ternyata diberi porsi besar di buku kedua. Saking intensnya, sepanjang membaca seolah adegan adegan epic Khalid seperti ada suaranya 😅. Sepenuhnya kelemahan dan kegejean pembaca kalo penggambaran Khalid jadi muncul begitu detail di kepala: Fisiknya seperti Aquaman, dengan pakaian perang seperti Arjuna, menunggangi kuda perang, mengitari seluruh pasukan sambil meneriakkan kalimat kalimat luar biasa seperti adegan William Wallace di film "Braveheart" (sampai sampai jeda dulu nonton adegan ini di youtube untuk sekedar recalling 😂).
Perang Yamamah dikupas begitu memilukan dari sisi Abu Bakar. Bagaimana karakter selembut dan sehalus beliau menghadapi kemelut2 pasca meninggalnya Rasulullah saw. Di usia yang tak lagi muda, fisik yang makin kurus, dan konflik internal yang susul menyusul, beratnya perjuangan Abu Bakar sangat berhasil bikin baper yang baca.
Kashva sang tokoh fiksi juga makin berlipat2 konfliknya. Dramatis. Suspenseful. Sedikit bumbu plot twist disana sini. Semuanya double dose! Mabuk abis.
Nggak tau kenapa, begitu aku menyelesaikan baca buku ini, rasanya kayak hampa gitu. Banyak hal-hal mengejutkan, dan tentu aja part meninggalnya Nabi � seakan ada yang nyabut sesuatu dari dalam diri aku, dan membuatnya jadi kosong 💔
Beda dari buku pertama, kalau buku yg kedua ini ada 3 plot. Ada lanjutan perjalanan Kashva di Tebet dalam pencariannya, Kisah hidup Rasulullah � sejak beliau belum lahir sampai meninggal dan kemudian kepemimpinannya digantikan oleh Khalifah Abu Bakar (tapi ceritainnya loncat-loncat gitu yaa, nggak urut, jadi memang ada baiknya untuk baca sirah nabi yang lebih lengkap), nah plot yg ketiga ini sempat bingung pada awalnya, dan kemudian bikin aku kaget pada akhirnya.
Pada plot ketiga, kita bakalan ketemu dengan Atusa, seorang arsitek yang kemudian di rekrut oleh Puteri Persia untuk jadi jenderal sebuah pasukan. Dan akhirnya Atusa jadi ikut terlibat dalam pertikaian perebutan kekuasaan yang terjadi di Persia.
Di buku kedua ini ada banyak peperangan yang terjadi, baik itu peperangan di Persia, atau penaklukan yang dilakukan oleh Muslim. Khalidbin Walid begitu menonjol diceritakan dalam buku ini.
Dan terakhir, aku bener-bener merasa kasihan dengan Kashva 😭💔
Pokoknya yaa, kalau manteman memutuskan untuk baca seri Muhammad dari @tasarogk ini, kusarankan untuk baca langsung semuanya berurutan. Jangan kyk aku, nyicil-nyicil 😭😭
Menemukan kejutan yang cukup menggelitik di bagian akhir buku ini tentang Kashva, Sang Pemindai Surga. Imajinasi yang terbangun dari buku pertama seolah-olah runtuh seketika oleh fakta baru yang diungkapkan.
Buku kedua ini banyak bercerita tentang Persia, serta bagaimana perjalanan Kashva ke Tibet, kekacauan di dalam istana Persia, dan kemenangan-kemenangan pasukan Muslim yang mulai menyebar luas saling terkait satu sama lain dan menuju satu titik inti cerita.
Tidak diragukan lagi gaya penuturan cerita Tasaro GK ini mampu membangun imajinasi dan emosi pembaca dengan begitu kuatnya. Sama seperti ketika membaca buku pertama, membaca buku kedua ini akan membuat kita selalu berair mata ketika sampai pada kisah perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW. Membuat kita merasakan kehadiran dan kehilangan sekaligus, sampai di satu titik dimana saya percaya bahwa dengan iman kita bisa merasakan kerinduan yang sangat dalam, bahkan kepada seseorang yang hanya kita kenal melalui cerita.
Buku dan cerita yang luar biasa indah, terlepas dari adanya beberapa kesalahan tulis yang tidak terlalu mempengaruhi isi cerita.
Title: Muhammad � Para Pengeja Hujan Series: Muhammad #2 Author: Tasaro G.K. Format: 773 pages, paperback Published: May, 2011 by Bentang Pustaka Edition: II Cetakan kedua, Mei 2016 ISBN: 9786022910497 Genre: Historical Fiction
Dibuku seri ke-2 ini, alur cerita semakin berkembang. Banyak kejadian-kejadian penting yang diceritakan disini. Diantaranya adalah: 1. Perjalanan hidup seorang Atsu (sang cinta sejatinya Kashva), hingga diangkat menjadi seorang jenderal untuk memimpin pasukan kerajaan. 2. Lanjutan perjalanan Kashva mencari Xerxes dan Mashya. 3. Kisah saat-saat terakhir kemepimpinan Rasulullah saw, yang tentunya membuat perasaan pembaca campur aduk. Semakin menambah kerinduan umatnya terhadap Rasulullah. 4. Kisah awal kepemipinan Khalifah Abu Bakar sampai akhir hayatnya, dilanjutkan dengan awal kepemimpinan Khalifah Umar bin Khatab. 5. Kisah seorang pemimpin gagah berani yang bernama Khalid bin Walid, yang menaklukan begitu banyak daerah seperti Irak, sampai Syam, untuk melebarkan penyebaran agama Islam. Di buku ini, banyak sekali momen kehilangan, yang membuat pembacanya akan terharu dan menangis sendu.
Dalam buku 1, Pak Tasaro berhasil menyusun kisah-kisah familiar yang dituliskan dengan penuh emosi & tambahan keindahan sastra. Buku kedua series yang sama ini mengungkapkan banyak hal yang jarang diceritakan atau baru saya dapatkan, tapi memang sirah nabawiyah yang pernah saya baca tidak mengisahkan detail pemerintahan sepeninggal Rasulullah saw. Dalam buku ini beberapa kisah detail seperti saat pengangkatan Abu bakar ra, penundaan baiat oleh Ali ra, perbedaan pandangan terhadap warisan tanah Fadak, kisah detail Khalid bin Walid dan para sahabat-sahabat terpilih sungguh adalah hal yang baru buat & sangat menarik. Itulah kenapa buku ini berjudul “para pengeja hujan� yang didalamnya tentu banyak perbedaan karena telah tiadanya Sang Penggenggam Hujan, mereka hanya berusaha yang terbaik untuk mengejanya. WOW. It’s just brilliant. Bahkan tidak terjabarkan konsep ini seperti penulis menjabarkannya di buku 1 tapi we just know. Ditambah kisah saling silat kedudukan persia, athanatoi, lanjutan kisah kashva yang sangat menarik. Overall ini keren banget sih. Shout out to Pak Tasaro Gk, thank you�.
Pada buku kedua ini ada 4 fokus cerita. Pertama tentunya berkisah tentang Baginda Rasulullah. Diawal pembaca akan disuguhkan kisah flashback dimulai dari kisah pasukan gajah Abrahah yang berencana menghancurkan Ka'bah, dilanjutkan dengan kisah nabi di masa kecil hingga sampai akhir hayat Beliau. Kisah kedua berfokus kepada Khalifah Abu Bakar, dimulai dari kisah pemba'iat an beliau hingga wafat. Kisah selanjutnya menceritakan tentang Astu. Ya... ibu dari Xerxes yang ternyata selamat dari serbuan pasukan Khsosrou. Dan tentunya kisah terakhir menceritakan tentang Kashva dalam perjalanannya bersama biksu Tashidelek di Tibet.
Buku kedua ini terasa lebih menarik dibandingkan buku pertama. Dengan penggambaran alur cerita yang jauh lebih detail, terutama ketika menceritakan kehidupan Rasulullah. Kisah Kashva dan Astu juga tidak kalah seru, karena banyak sekali kejutan yang terungkap di akhir buku ini.
Secara umum, buku ini sangat menarik terutama bagi anda yang ingin mengenal kisah hidup Rasulullah dan Sahabatnya.
Untuk orang yang baru membaca buku ini dengan melewatkan buku yang pertama, menurut saya isinya tetep bisa memberikan penjelasan, enggak terlalu patah karena belum baca buku pertama. Pun ada beberapa nama yang disebutkan dalam buku pertama, di buku kedua ini penulis tetap menjelaskan secara singkat tentang karakter tersebut. Jadi, pembaca yang melewatkan buku pertama masih memiliki bayangan tentang karakter tersebut.
Isinya sendiri sangat menarik. Cukup banyak memberikan cerita dan sejarah tentang Nabi Muhammad saw dan agama Islam. Khususnya terkait 'peperangan'. Teryata sebelum perang berlangsung pasukan Madinah memberikan 3 opsi: a) menganut Agama Islam, b) tetap menganut agama mereka dan mebayar pajak , dan c) perang.
Bahasa yang digunakan juga terbilang mudah dipahami. Tapi bagi saya sendiri, mengalami kesulitan menghafal nama, yang hampir mirip hehe But, overall I really love this book and would like to buy the first book as soon as possible. Saya penasaran jg dengan kisah Xerxes :D
Betapa berat mengemban tugas menjadi seorang pemimpin, apalagi pemimpin umat dengan berbagai macam "warna". Betapa berat mengemban tugas menjadi seorang pemimpin pengganti, apalagi yang digantikan sebelumnya adalah sosok sempurna yang amat dicintai umatnya. Duhai Lelaki yang kehadirannya memberikan cahaya kebaikan, kami rindu...
“Jika kisahmu diulang seribu tahun setelah kepergianmu, maka mereka yang mencintaimu akan merasakan kehilangan yang sama dengan para sahabat yang menyaksikan hari terakhirmu, wahai Lelaki yang Cintanya Tak Pernah Berakhir. Mereka membaca kisahmu, ikut tersenyum bersamamu, bersedih karena penderitaanmu, membuncah bangga oleh keberhasilanmu, dan berair mata ketika mendengar berita kepergiamnmu. Seolah engkau kemarin ada di sisi, dan esok tiada lagi. (Muhammad - Para Pengeja Hujan)
Nggak tahu mau nulis apalagi. Series buku ini bikin nggk bisa berhenti baca. Campuran history dan fiksinya cerdas. Jadi tahu banyak hal tentang sejarah Islam. Juga bikin banyak pemikiran. Bagaimana kalau kita yang hidup di zaman Nabi? Akankah lgsg ikut ajarannya atau malah menolak? Kalau bisa dibilang kita Islam karena budaya, karena orangtua dan nenek moyang Islam. Tapi mereka yang hidup dizaman Nabi dan khilafahnya memperoleh Islam karena hidayah :(
"apakah hati kalian dipenuhi keinginan terhadap kekayaan dunia yang kugunakan untuk membujuk jiwa - jiwa mereka agar mau tunduk dan patuh kepada Allah , sedangkan keislaman kalian telah kupercayai?" - Rasulullah SAW
"Orang lain membawa domba dan unta, sementara kalian membawa Rasulullah ke rumah kalian?"