Untuk mereka yang tidak pernah tahu ada kereta api. Untuk mereka yang tahu ada kereta api, tetapi tak merasa perlu mencobanya. Untuk mereka yang ingin naik kereta api, pergi ke stasiun, namun tak pernah berani menaikinya. dan untuk mereka yang bermimpi naik kereta api, pergi ke stasiun, antre beli tiket, lantas pergi menggunakan kereta api; mendatangi tujuan hidupnya.
* * *
Di usianya yang belum lagi tiga puluh tahun, Ra merasa kariernya mentok. Ia telah melakukan semuanya. Juga mencapai segalanya. Tetapi ia ingin melakukan sesuatu yang lebih. Yang selama ini jadi impian terbesarnya. Yaitu menyusuri jalur kereta api di seluruh dunia.
Siapa nyana, rencana kepergian Ra bukan tanpa rintangan. Tentang Damar, kekasihnya yang lenyap entah ke mana. Tentang mamanya yang tinggal di rumah sakit jiwa. Tentang bapaknya yang menghilang bak ditelan bumi. Maka ia pun meninggalkan stasiun, menyinggahi stasiun, menuju stasiun. Meninggalkan segala-galanya yang pernah ada di belakang.
Sebuah novel perjalanan menyusuri jalur kereta api tertinggi di dunia, sepanjang 3.360 km, selama 44 jam, dari kota Chengdu hingga kota Lhasa. Mengajak pembaca untuk bertanya pada diri sendiri: apa sesungguhnya impian terbesar dalam hidup ini?
Orang mencoba menggapai bintang di langit, padahal cahaya itu ada di dalam hatinya.
Daniel Mahendra–renowned as DM � is an Indonesian author.
His works are including short stories, novels, poems, essays, journalistic works, biographies, self-improvements, how-tos, travel narratives, movie scripts as well. About 30 of his works had been published.
DM was working as a journalist for several tabloids, newspapers, and magazines before he decided to join with some publishers as an editor. Among his editing are Pramoedya Ananta Toer’s works.
DM was a founder of Pramoedya Institute, Malka Publisher, and Malka Bookstore.
Keinget baca novel ini waktu SMA, minjem temen. Dulu rasanya novel ini bagus banget, tapi makin ke sini makin timbul keraguan dengan 5 bintang yang sebenarnya hendak saya berikan. Apa yang membuat saya tidak puas dengan novel ini adalah endingnya yang terasa layaknya "fans service". Di ending, Ra mendapat kekasih yang sejatinya tak terlalu signifikan terhadap dirinya dan plotnya terasa tidak sesuai. Selain itu, hal tersebut menegeskan kerapuhan seorang perempuan--yang sepertinya bagi penulis--harus memiliki pasangan. Tapi secara keseluruhan, novel ini cukup indah dan menggugah.
Tiba-tiba teringat aku pernah baca buku ini. 3360 ini masuk jajaran my classic book, soalnya isinya aku banget: wartawan, traveling, budaya, ketemu orang baru. Perfect! Aku dapat bukunya dari hibahan temen baik, dia sangat ga suka. But I end up loving it, even my sister too! Sampai bela-belain bawa buku ini ke kosan di luar kota, dan skrg kangen sama bukunya. Sampai sekarang jadi pengen naik kereta ke Tibet. Must read!
"Sekali dalam hidup orang mesti melakukan sikap. Kalau tidak, dia takkan jadi apa-apa," kutipan dialog Nyai Ontososroh pada Anelis dalam buku Bumi Manusia yang diberikan Pakde pada Ra. Ra seorang perempuan tokoh utama dalam cerita ini mewakili para perempuan kekinian dengan langkah dan kreatifitasnya yang luas.
Berawal dari kecintaannya pada kereta api lalu tumbuh impian untuk bisa keliling dunia dengan menggunakan kereta api. Mimpi keliling dunia menggunakan kereta api bagi seorang Ra, perempuan mandiri memberi warna cerita yang menarik. Keputusan Ra untuk melakukan perjalanan membuat banyak pihak keberatan, terutama CEO penerbitan tempat Ra bekerja yang merasa berat melepaskannya. Dibalik kesuksesan sebagai pimpinan redaksi di sebuah percetakan, ternyata tidak membuatnya menjadi merasa puas. Ia menyimpan banyak kegelisahan bagi karakter seorang Ra-nama pendek dari Namara. Ada kisah dibalik tubuh yang mendorong Ra menjadi karakter perempuan yang unik. Persoalan cinta yang mendalam terhadapa Damar, membuatnya tertantang untuk membuktikan bahwa dirinya bisa melakukan perjalanan sendiri. Kereta api menjadi pilihan hati Ra, karena mempunyai filosofi sendiri. Ada kedekatan sikap hidup dibalik kereta, perjalanan dan pertemuan. Novel yang menarik dan sarat tanda dibalik perjalanan, ada cinta, mimpi, pencarian, dan makna.
Membaca novel 3360 karya Daniel Mahendra, seperti membaca kembali buku perjalanan DM berjudul Atap Dunia. Bedanya, tokoh utama dalam novel ini, Namara-seorang perempuan- seolah menggantikan DM sebagai tokoh juga penulis dalam buku Atap Dunia. Saya seringkali agak “terganggu� saat membaca dari paragraph ke paragraph ketika Ra dalam tubuh perempuan ada kemiripan perjalanan DM dalam tubuh laki-laki. Sampai akhirnya, sayapun membayangkan tokoh Ra di buku itu fisik saya sendiri (pembaca). Namun, karena data untuk kebutuhan novel ini sesuai dengan perjalanan penulis, sehingga data yang mendukung untuk kebutuhan jalan cerita lebih akurat.
Bedanya, alur cerita lebih kompleks, kehidupan pribadi Ra lebih digali dan alasan-alasan personal Ra, banyak menguak sisi percintaannya dengan Damar, kondisi keluarga yang kompleks dan persahabatannya yang menyenangkan. Di tiap bab, kamu akan menemukan potongan-potongan cerita hati Ra yang membentuk satu kesuluruhan isi jiwa Ra. Uniknya, disetiap lembar akhir babak cerita selalu ditutup dengan melampirkan lirik musik yang mengiringi kondisi ceritanya. Musik menjadi bentuk refleksi setiap babak cerita, musik identik dengan perjalanan hati, seolah sudah begitu saja ia mendatangimu dan melengkapi situasi hati. Boleh dicoba oleh pembaca, setiap beres baca per bab sambil menyalakan musiknya di youtube. Kamu akan menemukan kekuatan makna dibalik perjalanan diakhir bab, jadi saran saya bacalah sampai tuntas. Life is the train, not the station.
Ini bukan tentang buku yang kurang bagus, tapi mungkin lebih pada buku yang tidak klop dengan selera saya dan juga tidak sesuai dengan ekspektasi saya. Entah kenapa, saya lelah dengan banyaknya syair- syair lagu berbahasa asing, deretan angka angka kilometer, ketinggian dan banyaknya catatan kaki. Walau itu juga bukan berarti buku ini tidak punya halaman halaman yang bergizi. Banyak malah. Tentang perjalanan, tentang menemukan hakekat hidup, juga tentang menjadi diri sendiri.
Buku yang berkisah tentang perjalanan Namara, seorang perempuan tangguh, pimpinan redaksi sebuah media yang mengalami " deadlock" tentang hubungan percintaannya dengan Damar, yang anak laki laki satu satunya dari sebuah keluarga dokter di Semarang. Lalu Ra resign dari pekerjaannya dan berniat untuk mengelilingi dunia dengan mengendarai kereta api.
Sebagian setting cerita mengambil lokasi sebuah kompartemen kereta yang menempuh perjalanan Chengdu- Lhasa dalam sebuah perjalanan panjang nan berhari hari menggapai puncak dunia, Lhasa Tibet. Di kompartemen itulah Ara berkenalan dengan sepasang kakek nenek dari Tiongkok, srpasang backpacker dari Malaysia dan Hongkong dan Fabio dari Italia. Banyak pembicaraan hangat dan filosofis terjadi, sebanyak peristiwa peristiwa mengejutkan yang terjadi sepanjang perjalanan.
Berbeda dengan Niskala yang lebih novel, buku ini sepertinya ditujukan untuk segmentasi pembaca tertentu. Dan bagi pembaca awam seperti saya, abaikan beberapa hal yang saya sebut di bagian awal review, dan marilah kita nikmati lembar- lembar yang penuh makna juga banyak kata kata baru yang mengayakan..