Badai kembali membungkus kampung kami. Kali ini aku mendongak, menatap jutaan tetes air hujan dengan riang. Inilah kami, Si Anak Badai. Tekad kami sebesar badai. Tidak pernah kenal kata menyerah.
Buku ini tentang Si Anak Badai yang tumbuh ditemani suara aliran sungai, riak permukaan muara, dan deru ombak lautan. Si Anak Badai yang penuh tekad dan keberanian mempertahankan apa yang menjadi milik mereka, hari-hari penuh keceriaan dan petualangan seru.
"Jangan mau jadi kritikus buku, tapi TIDAK pernah menulis buku."
"1000 komentar yang kita buat di dunia maya, tidak akan membuat kita naik pangkat menjadi penulis buku. Mulailah menulis buku, jangan habiskan waktu jadi komentator, mulailah jadi pelaku."
Judul Buku : Si Anak Badai Penulis : Tere Liye Penerbit : Republika Penerbit Tahun Terbit : 2019 Halaman : 422.hlm
Oi! Kali ini kita akan diajak berpetualang merasakan kehidupan Za dan kawan-kawannya yang akan membuat perasaan kita terombang-ambing layaknya ombak dikala badai.
Novel ini menceritakan tentang kehidupan anak-anak dari kampung manowa yang selalu gembira ketika kapal lewat karena mereka akan saling berlomba untuk mendapatkan koin yang dilemparkan oleh penumpang.
Namun, semua kegembiraan itu menghilang layaknya sinar matahari yang ditutupi oleh awan gelap. Seseorang yang mempunyai kekuasaan, merampas semua kebahagiaan masyarakat kampung manowa. Za dan kawan-kawan nya pun maju melawan badai tersebut berusaha mengembalikan sinar matahari yang dulunya selalu menyinari kampung manowa.
Selain mengajarkan tentang keluarga,persahabatan,keberanian dan kejujuran, novel ini juga menyajikan trik dan tipu muslihat yang dapat dimainkan oleh para politikus, atau boleh dibilang dalam kasus ini pemerintah. Sebagai kaum awam, dengan disajikannya konten tentang permainan politik dan keseruan di dalamnya, kita jadi ikut ke dalam novel tersebut.
Akan tetapi, di samping serunya membaca novel ini, masih ditemukan penggunaan kata istilah yang sulit dimengerti oleh kaum awam.
Walaupun begitu, buku ini tetap dapat dibaca oleh semua kalangan karena sangat menyentuh permasalahan yang sensitif dan kerap terjadi di realita sekarang ini.
Dalam suatu seminar kepenulisan, Tere Liye menyayangkan karena Seri Anak Nusantara (atau yang dahulu disebut Seri Anak-anak Mamak) tidak mendapat perhatian yang sama banyaknya dengan karyanya yang lain seperti Tentang Kamu, Hujan, Seri Bumi dll. Si Anak Badai merupakan novel pertama dari Seri Anak Nusantara yang saya baca, dan setelah menyelesaikannya, saya seperti mengerti mengapa Tere Liye menganggap Seri Anak Nusantara penting untuk dibaca.
Si Anak Badai menceritakan tentang kisah Za dan sahabat-sahabat terbaiknya dari kampung Manowa. Pernahkah kalian menyaksikan anak-anak yang gembira sekali saat dilempari koin dari atas kapal? Begitulah Za dan sahabat-sahabatnya. Hidup mereka dipenuhi canda tawa meski hidup dalam kesederhanaan.
Suatu hari, Manowa didatangi Si Bajak Laut yang hendak merampas hak-hak warga Manowa. Orang-orang dewasa pun seperti tak punya kekuatan melawannya. Karena Si Bajak Laut didukung oleh kekuatan yang lebih besar, kekuatan yang gelap dan kotor. Di tengah keruwetan situasi, Za dan sahabat-sahabatnya "Si Anak Badai" muncul melawan kezaliman.
Hal yang saya suka dari membaca Si Anak Badai adalah betapa nilai-nilai dalam novel tersebut itu dapat pembaca ambil untuk menjadi cerminan kehidupan sehari-hari. Dari novel ini, saya belajar tentang kasih sayang dalam keluarga, persahabatan, perjuangan, dan keberanian untuk memaafkan yang tak jarang membuat saya terenyuh dan berkaca-kaca. Dua bab favorit saya adalah "Seberapa Besar Kasih Sayang Mamak" dan "Karena Kami Temanmu". Sukses membuat air mata saya jatuh.
Kekurangan di novel ini mungkin hanya dua, yaitu pertama, dalam beberapa dialog, kalimat Za terdengar sedikit rumit (Oi, kenapa saya ikutan memakai kata rumit?) untuk anak dua belas tahun. Kedua, novel ini tidak dianjurkan untuk dibaca di tempat umum. Karena takut disangka gila tertawa atau menangis sendiri.
4.99/5 untuk Tere Liye dan Co-authornya Sarippudin.
PS. Semoga tak ada fans yang bertanya, "Bang Tere, apakah Za akan berjodoh dengan Rahma?"
seperti pakem cerita "anakanak mamak" lainnya, tapi Si Anak Badai ini pacenya cepat dan ceritanya seperti terburuburu, jadi penyelesaian masalah yg biasanya di seri lain jelas di sini agak maksa kesannya yg penting problem utama terpecahkan.
saya kangen kisah seperti Burlian, dalam tapi mudah dipahami, sederhana tapi kaya makna.
rasanya seperti menjadi salah satu penduduk Kampung Manowa ketika membaca buku ini, juga menikmati pemandangan anak-anak yang berenang, berlarian dengan perahu mereka, ramai masyarakat menjajakan dagangan mereka di pasar terapung. buku yang ringan, juga bisa menjadi hiburan.
sayangnya, buatku konflik yang ada sudah cukup baik tetapi eksekusi penulisannya kurang “mendobrak�, karena disela-sela berpacunya jalan konflik masih diselipkan cerita-cerita yang seharusnya dipaparkan sebelum konflik supaya tidak menghalangi jalan keseruan konflik yang ada.
Untuk serial ini, saya sudah baca 3 diantaranya tapi ini adalah buku pertama saya dengan kepemilikan fisik karena 3 sebelumnya hanya ebook dan pinjaman. Menurut info yang saya dapat, dalam serial ini ada 5 buku yang ceritanya terkait satu sama lain seperti si anak kuat, si anak spesial, si anak pintar, si anak pemberani & si anak cahaya. Sisanya berdiri sendiri termasuk buku ini.
Buku ini bercerita tentang Zaenal atau akrab disapa Za dalam cerita bersama teman-temannya Ode, Malim & awang adalah anak yang tumbuh besar di kampung, di mana kampung itu berada di atas sebuah muara bernama Manowa. Kampung Manowa digambarkan berada di atas air dengan rumah² penduduk, jalan, masjid & sekolah dibangun di atas permukaan air, bisa dibilang kampung Za adalah kampung terapung.
Za & teman-temannya ini menamai kelompok mereka dengan nama si anak badai karena akan ada chapter tersendiri kenapa mereka disebut si anak badai. Keseharian mereka yang paling rutin diceritakan dalam buku adalah mereka rutin menunggu kapal lewat muara manowa utamanya "lembayung senja" favorit Za, karena penumpang kapal akan melemparkan uang koin ke arah mereka lalu mereka berenang berebut mengambil uang koin itu, hampir semua geng si anak badai adalah perenang handal terutama tokoh Awang.
Selain itu, buku ini bercerita tentang hangatnya kisah persahabatan di antara mereka, kesetia kawanan yang begitu erat yang saling support satu sama lain. Buku ini juga membahas tentang hal yg cukup berat seperti pemaksaan penggusuran kampung mereka yang akan dijadikan pelabuhan sampai² tokoh sang kapten yg paling vokal menolak pembangunan itu dikriminalisasi & ditangkap tapi ternyata di balik itu semua terdapat konspirasi, praktik Korupsi, kolusi & nepotisme tentang pembangunan pelabuhan Manowa itu yang menjadi konflik utama dalam buku ini & yang menjadi tokoh kunci dalam pemecahan kasus tersebut adalah geng si anak badai.
Menurutku buku ini kurang greget sih dibandingkan 3 buku sebelumnya yang saya baca yang saling memiliki keterkaitan satu sama lain, keseruan ceritanya & pengalaman baca masih belum bisa mencapai buku² yang sebelumnya saya baca dari serial yang sama.
Kehidupan anak kampung yang bermukim di laut atau pinggir muaranya ini dapat dirasai pengalamannya melalui Si Anak Badai. Deskripsi penulis sangat teliti dan pembaca dapat menjiwai pelbagai emosi di dalamnya.
Ceritanya bermula sederhana. Berkisar kehidupan seharian anak-anak kecil SD yang bertumpu ke arah aktiviti mengumpul wang hasil pemberian warga kapal yang melintas melalui kampung mereka. Hebatnya anak-anak ini, meski duit syiling itu terjatuh ke dalam sungai tetap sahaja mereka dapat temui.
Siapa sangka, tetap sahaja ada konflik besar melanda kampung mereka. Bagaimana mereka bisa mengatasi dugaan itu? Jawapannya ada pada geng anak badai. Siapakah mereka? Sudah pastilah si Zaenal, Ode dan rakan-rakan.
Dalam cemasnya membaca musibah yang melanda ini, tetap terhibur dengan kisah kekeluargaan yang ditonjolkan. Betapa besar pengorbanan Mamak dan Bapak dalam mengurus keluarga, keletah lucu Fath dan ugutan si kakek garang yang dipanggil Pak Kapten. Selalu sahaja mahu ubah orang menjadi kodok muara!
Mesej dari buku ini sangat kuat. Mungkin terlihat patriotik dan sentimental. Namun, jika kita berada dalam kalangan orang kampung ini, kita pun akan berbantah dan menentang habis-habisan jika ada pihak yang menceroboh, bukan?
"setiap orang melakukan kesalahan. Yang membedakan antara orang yg melakukan kesalahan itu adalah ada yg belajar dari kesalahan'y, ada juga yg tdk mengambil pelajaran apa-apa dari kesalahan itu." Hal 72
"seorang kawan tidak akan meninggalkan kawan'y sendirian." Hal 202
"manusia mendapat ujian bukan karena dia membuat kesalahan Rahma. Ujian itu kadang untuk lebih menguatkan." Hal 221
betapa senang'y anak jaman dahulu yaa.. berenang dan melambaikan tangan k penumpang kapal, terus berebut uang yg dilemparkan dari atas kapal, sesederhana itu.. :D
hei, kali ini bukan seorang saja yg jadi penyelamat kampung Manowa.. baca sendiri dech, bikin senyum-senyum sendiri.. =')
jujur kecewa banget sama buku ini :(( apalagi habis baca si anak cahaya yang aku rate 5/5. gimana ya, bukan masalah semua karakternya baru, latarnya pula (btw suka banget sama latar desa di muara, keren banget!) tapi ko plotnya itu rushed banget, terus walaupun karakter2 di buku ini especially geng si anak badai itu menjiwai banget, kalo dari segi emosi aku bener bener babar blas ga ngerasain wkwk. bab kasih sayang mamak yang biasanya bikin aku terharu sama sekali ga ngefek ke aku yang dari buku ini, mungkin karena tadi aku bilang plotnya rushed banget. aku cuma suka si awang si dari buku ini wwkwk karakter paling memorable ke aku.
“Inilah kami, Si Anak Badai. Tekad kami sebesar badai. Tak pernah kenal kata menyerah.�
Novel ini dibuka dengan mimpi Za yang dengan beraninya memasuki kapal seorang bajak laut bersama Fatah, si adik. Dalam mimpi itu, ia berulangkali bertanya tentang kapal mana yang terhebat. Alih-alih menjawab, sang bajak laut justru bertanya muara kedua anak itu. Setelah dijawab, keadaan berubah 180 derajat. Seluruh kru kapal tetiba bermunculan dan tertawa bersama si bajak laut. Sepasang kakak beradik itu lari ketika mendengar hal itu. Ternyata, mereka juga akan dijadikan sandera. Karena terpojok, keduanya memutuskan untuk terjun bebas ke tengah laut. Za terbangun dari mimpi buruknya. Ia menceritakan mimpi itu pada ketiga kawannya, Ode, Awang, dan Malim. Yang mereka tidak tahu, ternyata mimpi itu kelak akan menjadi nyata. Kampung Monowa akan diubah menjadi pelabuhan. Kampung mereka akan dibumihanguskan, rumah dan harta benda akan dihancurkan, membuat warganya terusir dari tanah mereka. Berbagai hal dilakukan agar rencana tersebut dibatalkan. Review selengkapnya dapat dibaca di
“Ilmu milik Allah itu sangat luas. Bayangkan kalian mencelupkan telunjuk di laut, kalian angkat telunjuk itu, maka air yang menempel di telunjuk kalian itulah ilmu lautan yang tak terhingga banyaknya, itulah ilmu Allah. Ada yang kita tahu, ada juga yang tidak tahu.� (hal 58).
Kali ini Tere Liye, mengajak pembaca bertualang bersama empat sahabat; Zaenal—atau kerap dipanggil Za, Ode, Malim dan Awang dalam suasana kehidupan di Kampung Muara Manowa. Sebuah daerah yang berada di muara sungai yang menjadi perlintasan kapal-kapal berhaluan menuju desa atau kota-kota berikutnya. Dengan berbagai problematika khas anak-anak yang juga diselingi masalah keluarga, politik dan sosial budaya yang ada, kisah menjadi sangat seru dan menarik.
Buku ini sejenis dengan Series Anak Mamak, dan kebetulan aku sudah membaca empat buku utama dari Anak Mamak (Eliana, Pukat, Burlian, Amelia), bahkan keempat buku itu sudah aku baca berulang-ulang karena saking suka dengan ceritanya, tentang kekeluargaan, pertemanan, lingkungan, dan pesan moralnya. Polanya pun rata-rata sama, ada cerita tentang Mamak, cerita gengnya beraksi, ada cerita tentang melawan. Tapi, sayang sekali aku tidak menemukan hal-hal itu di buku ini, padahal karena sejenis dengan Anak Mamak aku berharap buku ini juga sebagus keempat buku itu. Tapi ya itu, aku kurang bisa merasakan feel-nya, bagian yang kisah sayang Mamak pun hanya diceritakan sedikit dan nggak bikin baper seperti buku sebelumnya, pun ketika membujuk Malim. Ketika mereka beraksi pun aku tidak merasakan perasaan bangga dan keren gitu, kayak aksi mereka tuh kurang greget gitu deh
Kepala mandor yang sangat yakin tanah Manowa layak dijadikan pelabuhan -apalagi jika hanya menahan beban alat berat- berdasarkan kajian struktur tanah yang dikantonginya, dibuat terhenyak melihat satu buldozer yang baru saja dipindahkan perlahan jatuh berdebam ke sungai seiring runtuhnya dermaga kayu.
Astaga�. Kajian struktur tanah yang diberikan kepadanya ternyata palsu!
Jatuhnya satu buldozer ini kemudian bagai efek domino, turut menjatuhkan “buldozer-buldozer� lain yang memaksa ingin meruntuhkan kampung demi pelabuhan yang tidak layak bangun.
Ini kisah heroik geng koin melawan badai lautan sekaligus badai korupsi di kampungnya.
Siapakah Si Anak Badai? Ini bukan kisah bapaknya anak-anak atau bukan juga tentang suami mamak Nurmas Si Anak Cahaya.
Setiap baca serial anak nusantara berhasil membuatku menikmati suasana tokoh cerita yang masih anak-anak, apalagi di cerita Si Anak Badai ini juga menceritakan tentang semangat belajar, berangkat ke sekolah, pergi mengaji dan menggambarkan juga tentang harapan dan cita-cita kelak dewasa nanti.
aku baca novel ini ga terlalu excited. Buku ini lebih banyak menceritakan kehidupan sehari2 warga kampung dan anak2nya. Sampai setengah buku aku baca konfliknya belum terangkat dan bertanya2 ini ada konfliknya atau hanya begini aja? Di bab2 akhir konflik baru muncul dan ditutup dengan penyelesaian yang terburu2.
Novel Si Anak Badai ditulis oleh Tere Liye dan diterbitkan Republika Penerbit pada tahun 2019. Novel ini menceritakan tentang Si Anak Badai yang hidup di kampung Manowa yang ada sungai, muara, dan dermaga serta laut. Si Anak Badai terdiri dari Zaenal, Ode, Malim, dan Awang. Mereka naik perahu untuk memancing ikan di sungai, terkadang ikut naik kapal dengan Paman Deham untuk memancing ikan di laut, dan menyelam di dermaga saat menjadi anak pengambil koin yang dilempar oleh penumpang kapal yang berlabuh atau lewat di sana. Mereka juga rajin sekolah dan belajar mengaji serta membantu pekerjaan orangtua mereka masing-masing. Mereka anak-anak pemberani juga teguh mempertahankan sesuatu yang menjadi milik mereka, penuh petualangan seru.
Novel Si Anak Badai bagus ceritanya, alurnya maju, tokohnya banyak, seru dan mendebarkan petualangannya. Penggambaran tempat dan suasananya bagus sehingga pembaca bisa merasakan seolah sedang berada dan tinggal di sana. Bagian bukunya ada banyak tapi satu bagiannya tidak banyak halamannya, jadi nyaman membacanya. Cover depannya sudah menggambarkan isi novel ini.
Dalam novel ini terdapat banyak kalimat bagus, di antaranya adalah sebagai berikut:
- "Ilmu milik Allah sangat luas. Bayangkan kalian mencelupkan telunjuk di laut, kalian angkat telunjuk itu, maka air yang menempel di telunjuk kalian itulah ilmu yang dianugerahkan Allah kepada kita. Selebihnya, air lautan yang tak terhingga banyaknya, itulah ilmu Allah. Ada yang kita tahu, ada juga yang kita tidak tahu. Kalau kita terus menanyakannya, akan jadi rumit sekali." Guru Rudi (dalam Liye, 2019, hlm. 58).
- "Tapi tentu saja, sebesar apa pun usaha seseorang, maka apa pun hasilnya, Tuhan yang menentukan. Manusia hanya bisa berusaha." Bu Rum (dalam Liye, 2019, hlm. 63).
- "Kita tidak boleh terus marah atas kesalahan orang lain. Tidak boleh membahas-bahasnya lagi. Setiap orang melakukan kesalahan. Yang membedakan antara orang yang melakukan kesalahan itu adalah ada yang belajar dari kesalahannya, ada juga yang tidak mengambil pelajaran apa-apa dari kesalahan itu." Bapak (dalam Liye, 2019, hlm, 72).
- "Seorang kawan tidak akan meninggalkan kawannya sendirian." (Liye, 2019, hlm. 202).
- "Manusia mendapat ujian bukan karena dia telah berbuat kesalahan, Rahma. Ujian itu kadang untuk lebih menguatkan ." Guru Rudi (dalam Liye, 2019, hlm.221).
Novel ini kurekomendasikan untuk teman-teman yang menyukai genre fiksi slice of life.
1. Secara jujurnya, Si Anak Badai ni sah-sah la aku kata buku ni tentang Pak Syahdan, Bapa kepada 4 orang anak sebelum ni tu. Rupanya tidak. Sama sekali tiada kaitan pun dengan siri sebelum ni. Sebab buku kali ini kisah tentang Zaenal dan kawan-kawan dia yang tinggal di tepi sungai. Sebab tu tajuk dia Si Anak Badai.
2. Latar kehidupan Si Anak Badai ni sangat menarik minat aku untuk terus membaca sebab rumah Zaenal ni atas sungai. Memang menarik untuk aku yang tak pernah ke kampung nelayan dan tengok macam mana suasana kehidupan mereka. Bagi aku, kali ni Tere Liye bawakkan cerita yang lain dari siri anak sebelum ni. Betul la, dengan membaca ni korang dapat pergi ke mana-mana pun.
3. Dalam kisah Anak Badai ni pun ada krisis, mesti korang dah boleh agak siapa hero dalam cerita ni kan? Haha mestilah Zaenal dan kawan-kawan. Kesungguhan Zaenal dengan kawan-kawan dia tu bagi aku kita patut contohi. Kadang-kadang kita underestimate keupayaan seorang anak atau budak. Jadi penulis memang dedikasi kan buku siri anak ni untuk kita faham seorang anak kecil pun mampu ubah dunia, mampu buat lebih dari apa yang orang dewasa boleh buat.
4. Selain tu, dalam siri anak ni penulis juga nak kita sedar yang manusia ni suka merosakkan alam. Kadang-kadang kita tak sedar dan anggap benda tu biasa. Contoh macam tebang pokok sebab nak buat bangunan besar, tambung pasir sebab nak buat pelabuhan, kita anggap benda tu biasa sebab yelah untuk pembangunan ekonomi. Tapi sebenarnya sekecil-kecil benda tu pun akan lead kepada kemusnahan yang besar. Bak kata Paman Unus dalam buku Si Anak Pemberani, 'biar alam yang membalas segala perbuatan manusia'. Sebenarnya tiada masalah pun kalau nak buat yang kecil-kecil, asalkan kita seimbangkan. Dalam buku-buku sebelum ni pun ada terangkan pasal ni. Ibarat macam konsep give & back. Bila baca buku-buku macam ni sedikit sebanyak dapat membuka mata & minda untuk aku berfikir.
5. Korang baca la ya siri anak ni. Tak bosan sebab jalan cerita best & cool je. Buku yang ringan dan mudah hadam tapi sangat banyak nilai-nilai baik yang kita boleh ambil. Aku rasa lepas ni akan ada lagi siri anak yang lain & aku yakin kisah lepas ni pun akan best jugak.
Si Anak Badai merupakan sebuah novel yang menceritakan kisah keluarga mamak, bapak, dan ketiga anaknya (Zaenal, Fatah, Thiyah) yang begitu harmonis. Persahabatan empat sekawan antara Zaenal, Ode, Awang, dan Malim yang begitu erat. Mengetahui mata pencaharian dan aktivitas masyarakat sehari-hari. Selain itu, penulis juga menyelipkan isu yang seringkali terjadi, seperti kasus suap dan rencana pembangunan fasilitas publik.
🧡 Hal menarik dari Si Anak Badai :
🍛 Keluarga yang mempertahankan kebiasaan makan malam bersama dan obrolan hangat antara orangtua dan anak.
🏚� Kampung Muara Manowa merupakan sebuah kampung di mana rumah warga, masjid, dan sekolah berada di atas air.
🕌 Membiasakan mengaji dan salat berjamaah di masjid sejak kecil
🎣 Cara memancing ikan cakalang berbeda dengan memancing ikan lainnya yaitu dengan menaburkan umpan langsung di laut.
🌌Nelayan melaut dan mencari ikan dengan membaca tanda-tanda alam.
🛶 Pasar terapung sebagai sarana transaksi jual beli yang terjadi di atas air menggunakan perahunya masing-masing.
🪵 Karakteristik kayu ulin yang semakin lama terendam air, semakin keras bagai batu.
🪵 Keberlimpahan flora (kayu ulin) semakin berkurang. Disebabkan karena hutan kayu ulin dialihfungsikan menjadi perkebunan sawit.
🐟 Keunikan ikan sidat yang lahir di laut, besar di sungai, dan saat akan bertelur kembali ke laut.
🪙 Berenang mendekati kapal besar yang melintas dan menangkap uang logam yang dilempar oleh penumpang menjadi kebiasaan anak muara.
📜 Mengenal perumpamaan, pantun, lagu anak, dan beberapa istilah yang digunakan para nelayan (joran, lubang palka, bagan).
🎶 Perdamaian, perdamaian Perdamaian, perdamaian Banyak yang cinta damai Tapi perang semakin damai Lirik ini tentu sudah tidak asing lagi bagi kita semua 😁
"Manusia mendapat ujian bukan karena dia telah berbuat kesalahan. Ujian itu kadang untuk lebih menguatkan" (Hal. 221)
Judul : Si Anak badai Penulis : tereliye Co. penulis : Saripuddin Penerbit : Republika Tebal : 318 halaman
Sinopsis : Buku ini mengisahkan tentang 4 sahabat yang tinggal di Kampung Manowa. Karena terletak di pinggir pantai, Mayoritas warga manowa Bekerja sebagai nelayan. Walaupun hidup sederhana, Mereka aman dan bahagia sampai suatu hari datanglah sosok bajak laut yang ingin mengubah semuanya.
Yang aku suka : 1. Seperti serial anak mamak, novel ini juga mengusung tema bagaimana mencintai tanah kelahiran dan bersahabat dengan alam. 2. Aspek kekeluargaan seperti biasanya selalu digambarkan dengan kuat. 3. Diksinya ringan, cocok untuk dibaca semua kalangan termasuk anak usia sekolah dasar. 4. Chemistry Zainal-Rahma sangat menggemaskan. Walau tidak pacaran (novel bang Tere kayanya ga ada pacar2an), interaksi mereka cukup membuatku senyum-senyum sendiri, wkwk.
Yang aku kurang suka : Sebenarnya ga ada sih, aku hanya sempat berharap setting tempat di novel ini benar-benar ada di dunia nyata, tapi sepertinya tidak. Tentu saja hal ini telah banyak dipertimbangkan.
Pelajaran : 1. Saat kita mengetahui beratnya pekerjaan seorang mamak itu bahkan hanya secuil dari besaran kasih sayangnya. 2. Kita tidak boleh terus marah atas kesalahan orang lain. Tidak boleh membahas-bahasnya lagi. Setiap orang melakukan kesalahan. 3. Tidak selalu api dilawan dengan api. Kadangkala, cara terbaiknya justru dilawan dengan air.
Quote : "Seorang kawan tidak akan meninggalkan kawannya sendirian." (Hal. 202) "Jangan ada yang berubah, jika kita terlihat lebih sedih, maka kita telah kalah selangkah dari lawan." (Hal. 226)
Catatan: Novel ini sangat direkomendasikan untuk seluruh putra putri Indonesia yang ingin lebih mengenal alam dan mencintainya.
Si Anak Badai jadi buku serial anak-anak nusantara ketiga yang aku baca. Di sini aku mengenal tokoh-tokoh baru yang pastinya selalu memiliki semangat tinggi.
Di cerita ini kita akan dikenalkan pada empat tokoh utama, yaitu ... Pertama, Zaenal atau Za, tokoh aku yang akan membawakan cerita ini dari awal sampai akhir. Menurutku Za ini karakternya baik hati dan tidak mudah menyerah, dia memiliki akal yang cerdik untuk menghadapi berbagai masalah dalam cerita. Za memiliki mimpi sebagai ahli cuaca, mungkin maksudnya BMKG yaaa.
Kedua ada Malim, salah satu tokoh komedi di cerita ini. Malim ini pintar banget kalau udah dalam urusan mencari rezeki, mau uang atau pas mancing ikan. Sampai Ode terus bertanya-tanya kenapa rezeki dia dan Malim berbeda padahal nyarinya bareng-bareng? Selain itu, cita-cita Malim ingin menjadi Saudagar sukses.
Ketiga ada Ode, tokoh komedi selanjutnya yang sepanjang cerita sering marah-marah, apalagi sama Malim, mereka kerjaannya berantem mulu. Ode yang kesal rezeki dia jauh lebih sedikit dari Malim. Tapi, dia tetap menyayangi dan peduli dengan teman-temannya. Oh iya, cita-cita Ode ingin jadi staf kecamatan seperti bapaknya Za.
Yang terakhir ada Awang, si penyelam handal dari Manowa. Belum ada yang bisa menandingi Awang di antara anak-anak Manowa, termasuk keempat temannya. Awang ini gak seheboh Ode atau Malim, dia lebih kalem dan selalu ikut rencana Za. Awang bercita-cita ingin jadi atlet renang hebat.
Nah selain itu banyak karakter2 yang menarik hati. Cerita ini berlatarkan di sebuah perkampungan yang ada di atas air. Jujur, selama baca rasanya aku sedang menjelajah kampung Manowa. Indah sekalih, deretan rumah di atas air berpadu dengan langit biru yang cantik. Wahhh keren sekali penggambarkan latar lokasinya.
setelah baca Si Anak Cahaya (cerita mamak), aku kira bakal ada buku tentang Bapak atau Paman Unus atau Wak Yati. tapi ternyata Si Anak Badai ini adalah karakter baru. tapi tidak apa karna masih seru.
sebelumnya, buku buku anak berlatarbelakang di perkampungan lembah. kali ini buku Si Anak Badai ini berlatarbelakang di muara sungai. Muara Manowa namanya.
buku ini menceritakan tentang Zaenal, atau yang lebih akrab dipanggil Za, yang kehidupannya dikelilingi oleh air. setiap hari libur, Za dengan teman temannya—Ode, Malim, dan Awang—menunggu kapal di balai dekat mulut muara untuk melancarkan atraksi dan meminta para penumpang kapal melemparkan koin.
hingga suatu hari, seseorang bernama Pak Alex—yang di mimpi Za adalah seorang bajak laut—memberi tahu bahwa Muara Manowa akan dijadikan pelabuhan yang amat besar untuk berlabuh kapal kapal besar. seluruh kampung menolak. mengizinkan orang utusan gubernur membangun pelabuhan sama saja dengan mengizinkan mereka untuk menghancurkan rumah rumah.
segala cara Za dan teman temannya lakukan agar pembangunan pelabuhan itu tidak jadi, namun segala cara juga orang utusan gubernur itu agar pembangunan pelabuhan itu terlaksana, bahkan hingga menangkap Pak Kapten yang berusaha menghalangi, lalu membohongi hasil kajian struktur tanah.
tapi Za dan teman temannya lebih pintar, grup pertemanan dengan 4 orang anak kelas enam itu dibuat dengan nama Si Anak Badai.
geng Si Anak Badai dengan berani menjalankan aksi aksi mereka agar pembangunan pelabuhan ini tidak jadi dilakukan.
“Ada yang keran rezekinya mengalir deras, ada yang keran rezekinya hanya menetes. Kita hanya bisa menerka jawabannya. Boleh jadi agar Ode bisa lebih bersyukur, maka besok besok dia bisa mendapatkan lebih banyak.� –Guru Rudi (hal. 65)
This entire review has been hidden because of spoilers.
"Kami kawan kau, Lim. Kami tidak akan menyerah semudah yang kau kira." Aku berkata pelan, "Kau harus kembali sekolah. Tenang saja, besok-besok, aku percaya kau bisa menjadi saudagar besar." �202
Buku ini bercerita tentang kehidupan masyarakat kampung muara Manowa yang dikisahkan melalui sudut pandang tokoh Zaenal. Kehidupan kampung muara Manowa cukup tentram hingga pada suatu hari, kampung Manowa kedatangan pria necis bernana Alex yang berniat membangun sebuah pelabuhan di sana.
Penduduk beramai-ramai menolak rencana pembangunan tersebut karena akan menghancurkan kampung mereka meskipun berbagai rintangan dan tipu muslihat menghadang di depan mata.
Persahabatan Zaenal, Ode, Awang, dan Malim juga diceritakan dengan indah. Empat sekawan tersebut mengajarkan nilai-nilai persahabatan yang tulus dan tidak meninggalkan sahabatnya sendirian.
Bagian yang paling kusuka adalah ketika Mamak Zaenal menerima pesanan baju kurung hingga dia tidak dapat meninggalkan mesin jahitnya sejak pagi hingga malam. Ketulusan cinta seorang ibu diceritakan dengan sangat indah dan menyentuh.
Secara kesuruhan, novel ini padat dengan nilai-nilai kehidupan, namun menurutku ada beberapa bagian yang terkesan dipaksakan. Meskipun demikian, novel ini tetap sangat sangat sangat sangat layak untuk diapresiasi.
Salam si Anak Badai!
Si Anak Badai 318 hal. Tere Liye Republika Penerbit
Si Anak Badai ini merupakan buku ke-6 dari serial Anak Nusantara atau dulu lebih sering dikenal sebagai serial anak-anak mamak. Kalau buku lainnya itu cerita dari kakak beradik, Si Anak Badai ini punya setting yang terpisah.
Namanya Zaenal, anak laki-laki dari Kampung terapung, Manowara. Ceritanya tentang kehidupan Za dengan keluarganya, Za dengan tetangganya, Za dengan sahabat atau temannya dan Za dengan Rahma.
Aku suka banget bab "Seberapa Besar Kasih Sayang Mamak" yang kalau gak salah pun ada di buku-buku serial ini lainnya. Dan bab favorit lain adalah "Karena Kami Temanmu" terharu banget sama Za dkk pas ngebujuk salah satu sahabatnya (Malim) buat balik sekolah lagi.
Konfliknya ada di tengah menuju akhir, sebenernya cukup bikin deg-degan sih kasus yang dihadapinnya, tapi berhubung aku udah beberapa kali baca bukunya Tere Liye, jadi aku sedikit banyak paham bagaimana konflik akan diselesaikan.
Yang menarik lagi di bagian Za dan sahabat-sahabatnya ikut melaut. Ada satu kejadian yang akhirnya bikin mereka dijulukin Si Anak Badai.
Penggunaan bahasa, diksi, plot, penyempilan nilai-nilai kehidupan, semuanya khas Tere Liye banget. Buatku ini termasuk buku yang ringan dan bisa dibaca 1-3 kali duduk aja. Dari aku �4/5 karena jujur aku gak menemukan spesialnya dari cerita ini, buku anak mamak lain masih jadi pemenangnya.
Buku ini adalah buku ke enam dari Serial Anak Mamak yang terpisah jalan ceritanya dari kelima buku sebelumnya (entah apabila di buku berikutnya ternyata terhubung juga dengan cerita lainnya).
Tokoh utama dalam buku Si Anak Badai adalah Zaenal yang akrab dengan 3 teman sekolahnya sesama kelas 6 SD, yaitu: Ode, Awang, dan Malim. Mereka biasa bermain, mencari koin yang dilempar dari perahu yang melewati dermaga kampungnya, berdiskusi dan memecahkan masalah bersama. Termasuk ketika Malim ingin berhenti sekolah.
Novel ini tidak hanya seputar cerita pertemanan keempat anak yang di kemudian hari mendeklarasikan sebagai geng Si Anak Badai ini, kita juga diajak mengenal secara umum keluarga Zaenal serta warga yang lain. Masalah terbesar yang dihadapi kampung ini adalah proyek pembangunan pelabuhan di Muara Manowa. Bahkan, Pak Kapten yang paling vokal menentang pun ditangkap dengan tuduhan palsu. Si Anak Badai berusaha mencari cara untuk menyelamatkan nama baik Pak Kapten dan Kampung Manowa. Apakah misi mereka berhasil?
Kisah Series Si Anak ni ada banyak tp ini buku pertama yg sy baca...Jalan cerita nya yg simple sesuai dengan target pembacanya (anak remaja)..Buku ini mengisahkan tentang 4 sekawan berumur 12 tahun yg hobinya mengutip duit yg dilemparkan drpd kapal persinggahan setiap hujung minggu..
Bagi aku jalan cerita menarik bukan sahaja byk moral yg kita boleh belajar..tetapi ade unsur lucu and sedih jugak..Jadi tak bosan utk aku membaca..
Aku sgt kagum dgn kisah persahabatan mereka ni contohnya ketika Malim mahu berhenti sekolah, Za dan lain2 tidak berputus asa utk mengajak Malim sambung belajar....dr bibit penulisan ini setiap perbuatan atau kisah ditunjukkan pasti ada diselit pengajaran dia...
Walaupon kisah utama mengenai si anak badai, tidak dilupakan juga unsur kekeluargaan and nilai keagamaan yg diterapkan dlm kisah ni...bagaimana ayah Za mengajar anak2nya menghargai penat lelah ibunya menjahit dan cuba melakukan kerja2 rumah sendirian...
Overall, aku suka buku ni..sesuai dibaca bukan sahaja utk anak remaja tp utk org dewasa pon boleh...santai dan ringan saja pembacaan nya...
This entire review has been hidden because of spoilers.
Least favorite dari serial anak mamak😪 Jadi kangen sama Burlian dan Nurmas (Si Anak Spesial & Si Anak Cahaya) 2 buku yang menurutku bagus pakai banget..
Untuk Si anak Badai aku cinta sama karakter anak-anak ini, persahabatan mereka yang solid, humor mereka, dan keberanian mereka. Dan ini Latar tempatnya paling aku suka daripada serial anak mamak lain😍 Seperti buku Tere Liye lain, selalu ada nilai yang bisa dipetik dari buku ini, dan juga yang khas dari serial anak mamak yaitu tentang "seberapa besar cinta mamak"
Aku bisa melihat calon buku yang bagus karena latar, suasana, karakternya disini itu bagus semua, tapi sayang eksekusinya terlalu terburu-buru. Kemarin aku baca sampai halaman 250an lebih masih belum ke konflik, sedangkan tebalnya hanya 300an😣
Buku ini bercerita tentang petualangan Zaenal (lebih sering dipanggil Za), Malim, Ode dan Awang di Desa Nelayan bernama Manowa. Jujur, kukira si Za ini ada sangkut pautnya sama keluarga Eliana. Ekspektasi saya mungkin ini tentang cerita Bapaknya Eli, ternyata bukan..
Ceritanya cukup menarik. Bukan Tere Liye kalau novelnya tak berisi pesan moral. Pengen kasih bintang 5, tapi rasanya selama saya baca buku ini belum ada yang gimana gitu. Ya cocok lah buat dibaca tiap hari satu BAB, soalnya kalo menurut saya pribadi cerita di dalamnya gaada unsur-unsur yg bikin saya 'penasaran' buat buka BAB selanjutnya. Mengharap ada twist plot, tapi saya gak nemu. Ceritanya kayak ngalir aja gitu..
Kalo buat koleksi novel bang Tere sih, wajib, kudu, mesti banget buat dibaca..
This entire review has been hidden because of spoilers.
Yang saya mengalami adalah buku ini banyak judul judul yang menarik dan juga seru, tapi judul judul ini sangat berbeda dengan yang lainnya. Dimana semua cerita alurnya sangat berbeda-beda, tapi sangat menyenangkan.
Pengetahuan awal ku adalah judul buku ini menarik karena pesan kesan nya juga bagus dan terkait pertualangan ceritanya.
Si Anak Badai yang tumbuh ditemani suara aliran sungai, riak permukaan muara, dan deru ombak lautan.
Buku ini menceritakan tentang kisah zaenal dan sahabat-sahabatnya yaitu Malim, Ode, Awang, di kampung yang terletak diatas muara, dan deru ombak lautan.
Perasaan ku yaitu sangat seru karena pertualangannya karena suka.
Yaitu orang tersebut akan melakukan perjuangan dengan tujuan agar dapat lepas dari masalah itu dan dengan harapannya.
Baca buku ini seperti membaca dongeng anak-anak yang memperlihatkan kegiatan sehari-hari mereka. Hingga lebih dari setengah halaman masih tetap menceritakan hal yang sama, konflik yang dibangun tidak terlalu besar dan berada hampir di akhir cerita ditambah bagian penyelesaian masalah yang terkesan terlalu simpel membuat buku ini terkesan terburu-buru.
Akan sangat bagus bila dari awal sudah banyak menyinggung pembangunan pelabuhan dan rencana cerdik dari Anak Badai guna menyelamatkan kampung halamannya dari tangan-tangan kotor.