ŷ

Jump to ratings and reviews
Rate this book

Macondo, Para Raksasa, dan Lain-Lain Hal: Seputar Sastra Amerika Latin

Rate this book
Masa lalu tak pernah mati di Amerika Latin, dan tegangan sejarah itulah—antara masa lalu yang bergelimang penindasan dan masa depan yang dirundung kemiskinan—yang memberikan penulis Amerika Latin daya hidup.

Ronny Agustinus, seorang penerjemah spesialis Amerika Latin, yang juga sangat dikenal sebagai salah satu pendiri penerbit Marjin Kiri, menyebut tulisan-tulisan di buku ini sebagai 'tidak berpretensi serius' dan 'acak'. Yang akan Anda dapatkan niscaya adalah tulisan-tulisan ringan yang berbobot dan esai-esai cair dengan perspektif luas. Lebih dari itu semua, buku ini adalah satu dari sedikit karya orang Indonesia tentang Amerika Latin dari sumber-sumber pertama, oleh seseorang yang menghabiskan sebagian besar hidupnya mencintai sastra Amerika Latin dan membagi cintanya untuk kita semua.

178 pages, Paperback

Published June 1, 2021

4 people are currently reading
44 people want to read

About the author

Ronny Agustinus

39books64followers
Penggandrung sastra serta kajian politik Amerika Latin dan Iberia, dengan koleksi pribadi yang mencapai ratusan judul, baik dalam bahasa Spanyol, Inggris, maupun Indonesia. Telah menerjemahkan karya-karya Subcomandante Marcos, El Fisgón, Luis Sepúlveda, dan Isabel Allende.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
18 (31%)
4 stars
38 (65%)
3 stars
2 (3%)
2 stars
0 (0%)
1 star
0 (0%)
Displaying 1 - 26 of 26 reviews
Profile Image for Ticooi.
44 reviews
August 20, 2021
Just what I needed - a comprehensive Latin American literature 101 written by the expert. So many new titles on my reading list now! Excited to discover more.
Profile Image for Ursula.
275 reviews17 followers
October 15, 2021
Gabriel García Márquez, Mario Vargas Llosa, Pablo Neruda, Isabel Allende, realisme magis, El Boom, 100 Years of Solitude.

Bila membahas sastra Amerika Latin, kemungkinan besar nama dan kata-kata tersebut yang bakal muncul di kepala. Kumpulan esai Ronny Agustinus ini membawa kita keluar dari stereotip yang lama bercokol terkait penulis ataupun karya-karya dari benua tersebut.

Terbagi dalam tiga tema besar, Ronny membahas sastra Amerika Latin dari 1) apa (empat esai) dan 2) siapa (enam esai) yang membentuk sastra Amerika Latin itu, kemudian diakhiri dengan 3) lain-lainnya (enam esai).

Sebagian besar orang cenderung menstereotipkan karya-karya penulis Amerika Latin sebagai "realisme magis", yang dikoinkan setelah lahirnyai magnum opus Márquez, 100 Years of Solitude. Buku itu memang kuat sekali unsur magisnya, seperti hantu-hantu yang tinggal dengan orang hidup di Macondo, hingga memori yang terus menerus terhapus.

Ronny mengatakan penyamarataan ini keliru dan gegabah, mengingat setiap penulis punya kekuatannya masing-masing. Sayangnya, salah kaprah ini keburu "akut", tulisnya, dan berdampak pada kekeliruan kategorisasi sekaligus sulitnya menganalisa sastra Amerika Latin secara lebih luas. Mereka yang tidak menulis dengan gaya tersebut juga cenderung tersisih, seperti penulis-penulis perempuan.

Pembahasan Ronny terkait topik ini cukup mendalam, mengingat ia membaginya per periode (sebelum Boom, Boom dan B(l)oom, lalu setelah Boom) sekaligus apa yang menjadi kekhasan tiap angkatan. Ketika penulis Boom kerap mengeksplorasi tema yang berat dan muram, generasi selanjutnya lebih ceria dan tidak bertele-tele. Faktor sosial, politik, dan ekonomi yang memengaruhi perbedaan intonasi serta pilihan tema, dijelaskan dengan mendalam oleh Ronny. Mengutip penulis Meksiko Carlos Fuentes, bahwa di Amerika Latin "sastra dan politik tak terpisahkan."

Pada bagian "siapa", mustahil untuk tidak membahas para raksasa sastra seperti Llosa dan Márquez, juga perseteruan abadi mereka. Ronny membahas topik ini lebih luas. Ia menceritakan tentang Carmen Balcells, agen yang melambungkan para pengarang Amerika Latin ke kancah global. Lalu orang-orang di belakang Mundo Nuevo, majalah sastra yang ditunggangi CIA untuk propaganda budaya di benua tersebut, dan bagaimana mereka memecundangi para tokoh sastra. Bagian ini menarik, karena ketika saya coba mencari sumber berbahasa Inggris untuk penelusuran lanjutan, sulit sekali.

Ronny yang bisa mengakses sumber utama berbahasa Spanyol tentu saja bisa lebih leluasa mengulik bahan, dan syukurlah sekali ia bersedia berbagi pengetahuannya itu dengan khalayak banyak. Pun tak lupa ia mengaitkannya dengan jejak kampanye anti-komunisme CIA di Indonesia.
Bagian terakhir membahas perkara lain seputar sastra, seperti gerakan revolusi yang menjadi inspirasi cerita dan situasi setelahnya, hingga seni (puisi, cerpen, novel, hingga cerita lewat sulaman) yang menjadi pelipur lara bagi rakyat tertindas.

Saya sendiri memang tertarik pada karya-karya Amerika Latin, mulai dari yang nyeleneh macam César Aíra, Alejandro Zambra, sampai penulis baru seperti Margarita García Robayo. Ronny membuka perspektif tentang karya sastra dari daerah ini dan melepaskan saya dari belenggu stereotip.

Esai-esai Ronny Agustinus lainnya bisa diakses di blog Sastra Alibi.
Profile Image for M. Dandy.
28 reviews
July 23, 2021
Saya bersentuhan pertama kali dengan karya fiksi Gabriel García Márquez bukan melalui kisah José Arcadio Buendía yang membayar lima real hanya untuk memegang es sambil berseru, seolah bersumpah di atas Kitab Suci, "Ini penemuan terbesar zaman ini." Saya justru membaca karya fiksi Gabriel García Márquez yang pertama kali melalui 'Tumbangnya Seorang Diktator', yang diterbitkan YOI, diterjemahkan Masri Maris, dan diberi pengantar oleh Romo Mangun. Saya pusing membaca buku itu. Saya sebal dan merasa bodoh lantaran cara Gabo menulis sungguh rumit. Namun, dalam salah satu wawancara ketika González Bermejo menanyakan perihal struktur buku tersebut, Gabo menjelaskan bahwa, "I can tell you that there's no dead time, that it goes from one crucial point to the next, that it's so tightly packed that a few times I realized that I had forgotten something and had trouble finding a way to get it in." Itu adalah buku pertama dan kesan buruk pertama saya membaca karya Gabo, jauh sebelum saya mengetahui keberadaan desa kecil Macondo dalam ‘Seratus Tahun Kesunyian�.

Bertahun-tahun kemudian, datang pada suatu ketika, cerita riuh rendah pipa dan drum panci yang berisik mengiringi kedatangan rombongan Gipsi ke Macondo, desa yang didirikan, tempat José Arcadio Buendía dan istrinya yang keras kepala, Úrsula, memulai hidup baru mereka. Membaca 'Seratus Tahun Kesunyian' membuat saya takjub. Kali pertama melalui edisi Bentang Budaya, dan selanjutnya melalui edisi Gramedia yang saya baca kembali dengan lebih lambat dan serius. Kehadiran 'Seratus Tahun Kesunyian' membuat saya lupa dengan 'Tumbangnya Seorang Diktator'. Kisah diktator tersebut kini dalam rak buku kawan saya, Rozi Kembara. Saya tak memberinya, tetapi suatu saat ketika saya merasa memiliki napas panjang untuk membacanya kembali, saya akan mengambilnya.

Sebagai publik pembaca sastra di Indonesia, kita perlu merasa senang sebab Ronny Agustinus —kebetulan — lahir di Indonesia dan mahir menerjemahkan dari bahasa pertama. Beberapa tulisan dalam buku ini sebagian besar telah saya baca, bahkan berulang dalam sastraalibi.blogspot.com, sebagian lainnya juga pernah disampaikan Ronny Agustinus ketika bertandang ke Malang —dalam acara 'Ngobrol Penerbitan & Sastra Amerika Latin'.

Saya bersyukur kehadiran blog tersebut menyeret ketertarikan saya lebih jauh sebagai pengantar yang bagus dalam mengetahui apa dan bagaimana sastra di Amerika Latin bergumul dan bergerak.

Buku ini dibagi persis seperti pemisahan koma dalam judulnya: Macondo, Para Raksasa, dan Lain-Lain Hal. Bagian 'Macondo' fokus pada kebesaran boom bagaimana generasi setelahnya (turut) berkembang dan meluas. Bagian 'Para Raksasa' mengangkat tentang penulis-penulis besar yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya. Bagian 'Dan Lain-Lain Hal' adalah sebagian lain —dalam konteks sosial-politik —yang juga memiliki peran besar dalam pembentukan Amerika Latin dan sastranya.

Menerbitkan kumpulan tulisan yang sebelumnya telah tersiar bukanlah sesuatu yang boros (tidak penting). Macondo, Para Raksasa, dan Lain-Lain Hal justru menjadi dokumentasi penting bagi kami—pembaca sastra—untuk melihat bagaimana, menurut Ronny, masa lalu yang tak pernah mati dan tegangan sejarah yang memberikan penulis Amerika Latin daya hidup.
Profile Image for Iqbal Dalimunthe.
34 reviews45 followers
February 12, 2022
Menyenangkan sekali, sepanjang membaca tulisan-tulisan dalam buku ini saya tidak sabar untuk segera melanjutkan novel Gabo yang baru saya baca 3/4nya dan mulai baca kumcer penulis Amerika Latin yang sudah ada di rak buku sejak kemarin!
Profile Image for solana.
107 reviews
July 23, 2022
Ini membuka mataku soal sastra Amerika Latin yang ternyata jauh —jauuh lebih luas daripada yang selama ini aku pikir cuma bagian dari 'sastra kontinental' aja. Ternyata, sastra di Amerika Latin bisa dibilang punya peran 'lebih' daripada sastra manapun di area lain karena dengan sastra pulalah 'bangsa' itu dibangun. Ternyata, sastra di Amerika Latin enggak hanya soal 'boom' atau 'realisme magis'. Di dalam buku ini, fenomena-fenomena itu dijelaskan secara gamblang dalam kumpulan esai-esai yang meski tidak begitu saling berhubungan —toh ada benang merahnya juga. Yang membuat ini makin menarik, adalah karena penulis juga kadangkala menghubungkan fenomena-fenomena tsb dengan fenomena sastra atau politis yang terjadi di Indonesia.

Aku bukan seorang avid reader dari buku-buku sastra Amerika Latin, tapi, toh akhirnya ngerti juga karena esai-esai yang dituliskan ini tergolong masih 'mudah' dimengerti, bahkan ketika aku gak begitu paham banyak soal sejarahnya. Yang pasti, setelah baca esai-esai di buku ini, aku rasa ada banyak sekali buku-buku dari sana dan biografi tokoh-tokoh yang harus mulai aku baca dan 'geledahi' 😃👍
Profile Image for Tuna Gandum.
140 reviews2 followers
September 17, 2024
Kumpulan esai tentang sastra Amerika Latin, sejarahnya, dan keterkaitan sastra dengan politik. Niatnya baca ini biar tau lebih dalam tentang sastra AmLat, tapi malah lebih terkesan bagian Dan Lain-Lain Hal. Dapet pengetahuan baru yang menarik dari sana tentang politik Amlat.

Tapi bagian sastranya bagus juga ko. Bahas nama terkenal seperti Borges, Gabo, Mario Vargas, dan Balcells yang jadi agen mereka. Buku ini cocok buat pelengkap bagi yang udah nyoba sastra Amlat dan pengen tahu di balik layarnya gimana
Profile Image for Tyas.
Author35 books82 followers
July 25, 2021
Meski Bang Ronny mengklaim menulis buku ini sebagai catatan seorang pembaca dan bukan sebagai sebentuk kajian akademis, buku ini kaya pengetahuan dan kedalaman mengenai sastra Amerika Latin dan hal-hal terkait. Tentunya ini tidak lepas dari akses Bang Ronny ke materi dalam bahasa sumber. Tulisan Bang Ronny juga enak dibaca: gamblang, tidak muluk-muluk.
Profile Image for Teguh.
Author10 books322 followers
August 10, 2021
Saya yang hanya pembaca--itu pun tidak begitu banyak, merasa mendapatkan penjelasan panjang lebar dan terang soal makhluk apa itu Sastra Amerika Latin. Dan juga bagaimana kaitannya dengan isu politik, dan di bab terakhir justru diisi dengan hal-hal lain yang menyenangkan.

Ronny Agustinus memang andalan kalau soal ini. Bahasanya enak bener dah!
Profile Image for Steven S.
677 reviews68 followers
June 30, 2021
Perkenalan yang pantas dengan sastra Amerika latin.

Profile Image for Ida Fitri.
Author11 books10 followers
January 6, 2022
Buku ke-1 Tahun 2022
Macondo, Para Raksasa dan Lain-Lain Hal
Seputar Sastra Amerika Latin
Penulis Ronny Agustinus
Penerbit Tanda Baca

Apakah di Macondo ada pohon jambu Jamaika? Mengingat nama jambu tersebut jika itu menilik ke negara asalnya, saya tidak perlu mengajukan pertanyaan ini. Anggap saja ini pertanyaan tak penting karena menjadi pemandangan latar dari buku kumpulan esai ini. Saat kecil saya senang memanjat pohon jambu, berdiam lama-lama di salah satu batangnya dan berimajinasi khas anak kecil. Tetapi di antara itu semua saya hanya tahu jambu air, Jambu bol, jambu klutuk, dan teman-temannya. Saya mengetahui jambu Jamaika baru-baru ini seperti halnya sastra Amerika Latin. Segala sesuatu memang telat untuk saya, meski saya tahu Borges dan Marquez lebih dulu dibanding mendengan nama pohon jambu Jamaika. Mungkin juga tidak tepat kalau saya menganalogikan jambu Jamaika dengan sastra Amerika Latin, karena kalau dilihat lebi dekat, jambu Jamaika adalah nama lain dari jambu bol yang di sini kami sebut jambu melaboh. Meski Sastra Amerika Latin juga tidak bisa dipisahkan sedemikian saja dari pijakan sastra lainnya yang ada di dunia, tapi tentu memiliki kekhasan tersendiri dibanding satra Eropa misalnya. Bukan cuma berganti identitas untuk hala yang sama semacam jambu bol dan jambu Jamaika. Jika sastra itu adalah sekumpulan jambu, mungkin lebih tepat kita bandingkan jambu air dengan jambu jamaika.

Dalam Macondo, Para Raksasa, dan lain-lain, Ronny Agustinus berusaha menghidangkan hal-hal atau kejadian-kejadian, atau waktu-waktu atau orang-orang atau tempat-tempat mencakup sastra Amerika Latin. Semacam warna-warna jambu Jamaika, tekstur buahnya, rasanya, bentuk buahnya, bijinya yang tersembunyi di dalamnya. Yang membuat sastra Amerika Latin dikenal dunia adalah fenomena el Boom, yang terjaadi sekitar 1960. Buku esai Mas Ronny ini juga membuat kita paham bahwa bagi rakyat negara-negara Amerika Latis, sastra adalah perjuangan mereka, hidup dan mati mereka, bahkan nama sebuah negara bisa berasal dari syair sebuah puisi. Sebut saja Argentina misalnya.

Tidak kita pungkiri, beberapa dewa sastra terlahir dari Amerika Latin, sebut saja Marquez, Borges dan Ilosa, tentu saja mereka tidak muncul begitu saja, mereka lahir dari sejaarah panjang bangsanya yang berdarah-darah, bahkan seorang pemimpin perang membawa-bawa Novel Marquez, Buku Puisi Neruda, Paz dan lainnya di dalam ransel. Hal-hal demikian tentu bertolak belakan dengan para pemimpin perang di kampung saya. Ini saja sudah sedikir menjawab pertanyaan saya selama ini. Kita dan Amereka latin sama-sama negara ketiga, memiliki geografis yang mirip, marjinal, kenapa tak satu pun raksasa sastra lahir di Indonesia? Selain mereka punya bahasa Spanyol sebagai bahasa ibu tentunya.

Pesan moralnya: Kita telah punya Rumah Arwah sebagai prosa terbaik yang berhasil diterjemahkan Mas Ronny Agustinus. Untuk ke depan, saya sangat berharap, blio akan menerjemahkan puisi-puisi Amerika Latin untuk kita semua. Kenapa? Alasannya simpel saja, beberapa larik puisi terjemahan Mas Ronny dalam esai Puisi yang Mengubah Koordinasi Situasi telah berhasil menggerakkan hati hamba yang awam ini.
Profile Image for Iin Farliani.
Author5 books5 followers
December 18, 2023
Meski saya tak banyak bersentuhan dengan karya-karya penulis Amerika Latin, namun melalui buku ini “Macondo, Para Raksasa, dan Lain-Lain Hal� saya seperti diberikan lanskap yang sangat luas perihal sastra Amerika Latin dan hal-hal bernuansa sosio-politik yang bergerak di seputar itu. Saya kira hal ini bisa terjadi karena tulisan-tulisan Mas Ronny dalam buku ini merambah ke sisi personal tiap penulis yang diceritakannya. Sisi personal tiap penulis yang tak banyak diketahui orang. Melalui tuturan yang menyertakan bagian personal dari kehidupan si pengarang tersebut menimbulkan efek berupa ‘kedekatan�, ‘empati�, ‘rasa kagum�, ‘keprihatinan�, dan sebagainya.

Misalnya dalam tulisan berjudul “Dua Jorge, Satu Buku Langka�, saya baru tahu kalau ternyata Paus Fransiskus [Jorge Mario Bergoglio] yang terkenal itu pernah punya relasi penting dengan begawan Sastra Argentina, Jorge Luis Borges. Ada rasa keterpukauan ketika mengetahui bahwa Paus Fransiskus dulunya adalah pengajar sastra yang getol, ia mengupayakan berbagai cara agar para muridnya bisa dekat dengan sastra. Di sana ada keterlibatan Borges sebagai sastrawan tamu yang diundang ke sekolah dan memberikan semacam workshop bagi para murid Bergoglio.

Ada juga tulisan berjudul “Bukan Boom tetapi B(l)oom�. Usai membacanya saya jadi membayangkan bagaimana rasanya menjadi seorang Elena Garro yang pernah bersuamikan Octavio Paz, sastrawan Meksiko berpengaruh. Yang dulu mencintai kemudian saling menyerang. Yang dulu bersatu kemudian bersilangan dalam berbagai hal. Ide-ide Paz yang tak disetujui oleh Elena Garro berdampak pada karirnya sehingga karya-karyanya menjadi kurang terangkat dan seringkali hanya disebut-sebut sebagai ‘mantan istri Octavio Paz�. Di sini kita juga diberi pemandangan berupa kuasa pengarang laki-laki yang masih sangat dominan dalam dunia kepengarangan. Berpengaruh pada kurang dikenalnya penulis-penulis perempuan, yang sebenarnya bila ditilik secara objektif karya-karya mereka tak kalah berkualitasnya dengan karya penulis laki-laki. Di sini juga kita temukan bahwa banyak faktor “non-sastra� yang berpengaruh terhadap dikenal atau tidak dikenalnya seorang pengarang dalam jagat kesusastraan di negaranya.

Begitulah berbagai tulisan lain dalam buku ini juga tiba pada saya dengan semacam cerminan kepada diri sendiri, “mengandaikan bagaimana seandainya bila saya berada di posisi tersebut�. Sisi personal yang unik, dalam, dan langka, sehingga kita sebagai pembaca yang bahkan tak banyak tahu tentang lanskap sastra Amerika Latin dapat masuk ke dalamnya dan asyik-masyuk berada di sana sampai kita tersadar dengan kenyataan awal yang semula tak begitu menggemari sastra Amerika latin kini mendapati diri ini perlahan-lahan jatuh cinta padanya.
Profile Image for Ardhias Nauvaly.
47 reviews5 followers
November 21, 2023
Semua sudah dikatakan di kolom review kawan-kawan lainnya. Dan semuanya benar. Ini buku yang cocok untuk kalian yang baru membaca satu-dua karya Amerika Latin dan berseru (dibunyikan atau dalam hati), "Tai, bagus betul!". Buku ini dijamin sukses meracuni orang untuk menelusuri sastra (dan kehidupan) Amerika Latin lebih lanjut. Saya, contohnya, yang sudah keracunan.

Ronny, seperti biasa, berhasil menjabarkan keluasan pengetahuannya lalu menceritakannya dengan sederhana; teknik menulis yang ingin sekali saya bedah. Teknik yang, bagi saya, berlainan betul dengan esais "canggih" macam Goenawan (yang jadi subjek bahasannya di esai tentang kerja-kerja kebudayaan CIA di Amerika Latin). Silakan baca esai panjangnya "Video: Not All OK" di IVAA Archive. Luar biasa itu.

Ngomong-ngomong, buku ini bukan hanya tentang Macondo dan Para Raksasa (Sastra Amerika Latin), namun tentang "Lain-Lain Hal". Tentang salah kaprah atas dwifungsi tentara yang, sebenarnya, tidak dari sononya buruk sebab Venezuela menunjukkan watak revolusionernya, justru. Tentang aktivisme performatif yang tidak melulu banal oleh Superbarrio di kawasan kumuh Meksiko. Soal ibu-ibu yang menjahit kenangan tentang anak-anaknya yang dibikin mampus militer dalam selembar kain etnik. Tentang politik, tentang kehidupan yang mempengaruhi dan dipengaruhi olehnya, di benua kembar Afrika ini.

Satu hal yang disayangkan, Ronny tidak banyak, atau tidak menulis khusus tentang proses penerjemahan novel-novel Amerika Latin olehnya seperti Rumah Arwah karya Isabel Allende atau, yang baru mau saya baca, Tuan Presiden karya Asturias.

Ah, tanpa itu pun, sebenarnya buku ini sudah terasa lengkap.
Profile Image for arneta.
166 reviews
June 24, 2023
Sudah lama mengenal nama Ronny Agustinus di kancah penerbitan sastra Amerika Latin di Indonesia, tetapi baru kali ini saya benar-benar membaca tulisan beliau secara utuh. Dan tentunya saya terperangah ketika berhasil menyelesaikan buku ini dalam waktu yang cukup singkat: tulisan Pak Ronny bagus!! Gaya penulisannya mengalir sehingga topik-topik yang diusung di tiap esai maupun bagian sama sekali tidak terasa berat. Malah, ada beberapa esai di mana saya merasa seperti sedang membaca cerita di media atau menyimak gosip (antara dua raksasa 🤭) dari teman.

Selain kagum akan pengetahuan Pak Ronny yang tampak jelas sangat luas di sepanjang buku, hal-hal baru yang saya pelajari mengenai Amerika Latin di sini juga cukup mencengangkan—karena terasa familiar. Isu-isu sejarah dan politik di Amerika Latin terasa sangat dekat dan "hits too close to home" jika dibandingkan dengan isu politik negara kita sendiri. Tapi mungkin karena itu kita selalu bisa kembali ke ungkapan Gabo dalam Cien años de soledad: "Time was not passing... It was turning in a circle," alias ya memang sejarah tidak pernah berubah dan akan terus terulang, meski di belahan bumi yang lain.

Buku ini cocok untuk pengantar jika ingin berkenalan dengan sastra Amerika Latin.
Profile Image for Mangku Parasdyo.
83 reviews5 followers
August 8, 2021
Buku ini memberiku wawasan yang baru dan lebih mendalam tentang sastra Amerika Latin.

Tidak banyak buku penulis Amerika Latin yang aku baca. Hanya yang terkenal saja. Secara kebetulan Amerika Latin yang aku kenal hanya Gabriel Garcia Marquez dan Mario Vargas Llosa, keduanya ternyata berasal dari generasi yang disebut sebagai El Boom dan keduanya adalah Raksasa sastra di Amerika Latin. Penjelasan mengenai munculnya generasi ini hingga berakhirnya era boom dijelaskan secara jelas dan mendalam. Kritikan terhadap El Boom memberiku wawasan baru tentang sastra Amerika Latin. Kritik seperti cerita yang sulit dimengerti benar-benar mewakili perasaanku. Dulu, saat membaca karya Gabo pertama kali aku sempat berfikiran apakah semua novel Amerika Latin itu memusingkan seperti ini? Ternyata memang ciri El Boom yang gemar berekperimen dengan bentuk membuat beberapa karya sangat sulit dipahami. Ketimpangan gender, sifat machismo yang dominan di novel-novel boom, serta identitas mestizo yang kuat juga menjadi salah satu kritik. I’ll keep that in mind untuk bacaan Amerika Latin berikutnya.
Profile Image for ND Ratna .
59 reviews
April 16, 2025
sebagai seseorang yang tidak tau tentang sastra Amerika Latin berharap membaca buku ini jadi tau.
ternyata pada bab awal aku tidak paham, apalagi aku bukan penggemar McDonald, Macintosh atau pemilik condominium (McOndo) . jujurly di bab awal sebelum pembahasan Bolivar sangat pusing sekali membacanya krn bnyknya nama penulis dan tidak ketauan ku ats karya dan latar belakang mereka.
ibarat kata ni kek grubnya Malfoy dlm Harry Potter yg hanya ingin merekrut penyihir darah murni sementara aku msh muggle.
tapi bab ke belakang lumayan bisa kupahami mulai dari superbarrior yg beraksi dgn kostum lucunya hingga kisah murrietta yg mengilhami cerita heroik semacam Zorro dan karya fiksi Chile dan lainnya.
aku suka pembahasan yg d introduction tokohnya terlebih dlu biar saya pham oh siapa dia, ah trnyata begini, oh aksinya trnyata mempengaruhi karya fiksi seperti ini. seperti babnya Bolivar dan murrietta or superbarrior tadi t lbh mudah sya phami drpada yg lain.
Profile Image for Nike Andaru.
1,564 reviews106 followers
May 14, 2023
41 - 2023

Menemukan buku ini di Ruang Melamun - Jogja, belum membayar udah saya buka plastiknya dan baca sambil menunggu pesanan tempe mendoan dan teh sereh jeruk nipis.

Saya tahu betapa Mas Ronny cinta sekali pada sastra Amerika Latin dan juga menyadari mengapa buku ini akhirnya diterbitkan oleh penerbit yang bukan Marjin Kiri. Buku ini adalah kumpulan beberapa tulisan yang sebelum sudah pernah ditulis Mas Ronny dalam blognya dan beberapa kesempatan lainnya, tentu ini menarik buat saya, karena udah jarang membaca blognya.

Membaca tulisan-tulisan dalam buku ini membuat saya mengerti banyak soal sastra Amerika Latin dan kaitannya pada politik dan juga gosip-gosip penulisnya. Menyenangkan ternyata bisa membaca banyak sisi dari kehidupan penulis besar Amerika Latin. Saking serunya, saya menyelesaikan membaca buku ini dalam perjalanan pesawat di malam hari.
Profile Image for ucha (enthalpybooks) .
195 reviews2 followers
October 24, 2021
Jika terkait dengan Sastra Amerika Latin tentu sosok mas Ronny tidak akan luput dalam sorotan, sudah banyak karya terjemahannya dan tulisan-tulisan di blog Sastra Alibi. Jadi ketika buku ini diumumkan akan terbit, langsunglah ikutan pre-order dan mendapatkan buku bernomor seri 066 ini, apalagi mendapatkan buku kecil "Sepuluh Perintah Kepada Penulis Muda" sebagai bonus yang dicetak terbatas.

Dibuka dengan Topik pertama : Macondo yang berisi penguraian tentang El Boom, pelurusan salah kaprah jika menganggap AmLat hanya soal realisme magis, cerita penulis lain sesudah generasi tersebut, serta kisah tentang kelompok sastra yang menarik garis berbeda dari zaman Boom itu.

Berlanjut Topik kedua : Para Raksasa dengan kisah-kisah menarik dari Carmen Balcells yang menjadi "Mama Besar" agen sastra paling sukses dalam sejarah yang selalu bersikeras bahwa kegiatan seorang agen bukanlah beriklan. Tentang Gabo yang ingin dikenal sebagai jurnalis daripada novelis dengan prinsip utamanya "cerita terbaik bukanlah yang pertama kali dimuat, tetapi yang paling bagus dituturkan". Kisah tentang jotosan Llosa ke Gabo yang bikin geger dan perseteruan antar keduanya sesudah peristiwa itu. Juga ada tentang Neruda, puisi dan kesepiannya. Serta kisah yang paling saya sukai tentang Paus Fransiskus dan Jorge Luis Borges di "Dua Jorge, Satu Buku Langka". Topik terakhir menyangkut cerita Lain-Lain tentang Chavez, Superbarrio, Bromocorah, Arpillera dan Puisi Perlawanan yang tak kalah menarik untuk disimak.

Dari sekian banyak tren buku yang diterbitkan dari tulisan di blog, buku ini termasuk yang dipersiapkan dengan matang. Adanya suntingan baru serta keterangan sumber tulisan pernah diterbitkan di mana, hingga Daftar Bacaan sebagai referensi semua cerita di buku ini sebagaimana lazimnya ada pada buku esai non-fiksi. Sebagai pembaca saya sungguh mengapresiasi kepada penerbit baru ini: Penerbit Tanda Baca untuk hasil cetakan yang memuaskan dengan desain yang apik.
Profile Image for Aris Kristanto.
15 reviews
April 19, 2023
Kumpulan 16 esai yang mengasyikkan tentang sejarah dan sastra Amerika Latin. Pembabakan tulisannya dilakukan secara tematik: Macondo, tentang periode el boom; Para Raksasa, tentang kisah penulis-penulis besar Amerika Latin; dan bagian terakhir bahas soal sejarah sosial-politik Amerika Latin. Meski tema-tema yang digarap serius, tulisan Pak Ronny Agustinus tetap renyah buat dibaca, khas karya-karya terjemahannya. Et personnellement, l'histoire de l'agence littéraire Carmen Balcells, c'est la plus intéressant pour moi.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Dika Novi T.
37 reviews
November 5, 2022
Kamerad Ronny, buku ini dan esai-esai di dalamnya semakin membuat saya ingin menggali lebih dalam tentang segala hal di amerika latin. Satu hal yang pasti adalah, selepas membaca kesemua esai yg tersedia di sini, yang hadir bukanlah jawaban melainkan setumpuk pertanyaan kembali atas perbandingan dengan keadaan di negaraku dan itu, aku suka.
Terakhir. Wikipedia terselubung, itulah sebutanku untuk setiap "fakta unik" yang dihadirkan di keseluruhan esainya. Selamat berburu fakta unik.
6 reviews
May 23, 2024
Buku yang mudah dipahami, untuk nyemplung ke dunia amerika latin. Penulis menyajikan banyak hal tidak hanya konteks kebudayaan, politik, dan apa yang terjadi di amerika latin. Semua yang didapat dibuku ini menjadi modal bagus menyelami sastra dan politik di dunia amerika latin
Profile Image for Amathonthe.
103 reviews47 followers
October 27, 2022
Buku yang bagus dibaca untuk penikmat sastra Amerika Latin sebagai pedoman. Paparan tentanv sastra Amerika Latin era el Boom dan pasca-el Boom sangat menarik.
Displaying 1 - 26 of 26 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.