Å·±¦ÓéÀÖ

“Idealisme itu cuma angan-angan. Kita membuat film yang autentik, lalu apa? Berapa orang yang akan memilih menyaksikan karya kita? Film-film idealis selalu tersisih. Penonton kita belum siap untuk budaya seperti itu, jadi buat apa kita memaksakan diri?”
― Windry Ramadhina, Montase

“Mencukur rambut saja dibayar, seidealis apa pun seorang tukang cukur, misalnya bercita-cita besar hendak membuat rapi seluruh kepala umat manusia, dia tetap dibayar.”
― Tere Liye, Pergi

“Jurnalisme adalah jalan pedang kalau bukan jalan sunyi.”
― Jarar Siahaan

“Lebih baik gugur di medan perang, daripada menang karena melempar koin.”
― Natanael Jansudin Siregar

“Des efforts, elle en fait. Elle est même prête à en consentir d'autres, mais jusqu'où ? Jusqu'où sans abdiquer sa personnalité, ses convictions, tout ce qui fait qu'elle est Zahr et non pas Leila, qu'elle n'envisage pas sa vie comme une plage tranquille, mais comme un combat contre l'injustice et l'hypocrisie ?
On peut se moquer, la traiter de rêveuse, lui dire qu'en vieillissant elle comprendra. Elle espère bien mourir avant de comprendre les innombrables raisons d'accepter et de se taire.”
― Kenizé Mourad, Le Jardin de Badalpour

“Pada akhirnya idealisme hanya akan jadi semacam televisi hitam putih ketika semua orang beralih pada hal yang lebih canggih.”
― Robi Aulia Abdi (@aksarataksa)

“Kebanyakan orang bilang bahwa; hidup itu sebenarnya sederhana tinggal ikuti saja zaman. Namun, aku tidak sudi menjadi pasif. Aku lebih memilih untuk tidak berkompromi”
― M Faiz Azhar

“Net als in het theater was ook hier de tragedie van de geschiedenis geen zaak van redelijken versus redelozen, van goeden versus slechten, maar van mensen die samenkwamen en zichzelf stuk voor stuk als goed en redelijk beschouwden. Idealisten stonden tegenover idealisten, maar elk idealisme dat te fanatiek beleden wordt leidt tot verblinding, de verblinding der goeden. De geschiedenis is een afschuwelijk gerecht bereid met de beste ingrediënten”
― David Van Reybrouck, Congo: een geschiedenis