Å·±¦ÓéÀÖ

Puisi Cinta Quotes

Quotes tagged as "puisi-cinta" Showing 1-11 of 11
“Kadang aku bertemu dengan cinta yang pucat”
rojielmidany

“Sesungguhnya Aku punya ribuan kata..
Namun ketika bertemu kamu,
aku lupa semua itu..

Tersisa satu..

CINTA”
Hilaludin Wahid

Alfin Rizal
“di hatimu, aku ingin menjadi yang tetap,
bukan sebagai puisi yang meratap
atau cerita asing yang tak ingin kau tatap”
Alfin Rizal, ASMARAGAMA

Sapta Arif N.W.
“Aku adalah subjek dan kau adalah predikat. Kita adalah kalimat utuh yang sederhana.”
Sapta Arif N.W.

“tiap-tiap jalan
merahasiakan kelok masing-masing.
dia yang kaulihat bergerak
di jalan paling lurus
merahasiakan kelok paling tajam.”
Weslly Johannes, Percakapan Paling Panjang Perihal Pulang Pergi

“Cara terbaik untuk melupakanmu ialah kau menjadi kekasihku.”
rojielmidany

“Tak apa kasih,
Biar kali ini hujan yang menemaniku,
Menjemputku,
Mengajakku mengarungi lautan rindu.”
Robi Aulia Abdi

“Layaknya pertemuan, Tuhan selalu bertanggung jawab terhadap perpisahan
Karena itulah Dia menciptakan rindu dan do’a untuk melangitkan nama-nama
Kita tak punya kuasa memaku waktu, namun bisa memajang kenangan dalam gambar-gambar
Menyulap runtutan cerita menjadi rentetan aksara
Tidak ada kisah yang sempurna, karena pertemuan dicipta agar manusia bisa memaknai
Bahwa di Semesta yang luas ini masing-masing kita hanya potogan-potongan puzle yang membutuhkan potongan-potongan jiwa lain untuk melengkapi
Sedih, Bahagia, Canda, Tawa, Susah, senang
Begitulah cara semesta bekerja dalam meramu setiap kisah anak manusia”
Firman Nofeki Sastranusa

Sapta Arif N.W.
“Bisa jadi, rindu adalah jala-jala yang menangkap kisah untuk dikenangkan.”
Sapta Arif N.W.

Sapta Arif N.W.
“Jika aku adalah subjek, maka kau adalah predikat. Kita adalah kalimat utuh yang begitu sederhana.”
Sapta Arif N.W.

“Seperti pagi yang senantiasa menyajikan cahaya untuk langit
Begitulah rasaku terbit
Kicau-kicau permai
Alunan-alunan rindu di setiap musim yang menyebutmu, aku ada
Berusaha menyatukan pelangi yang diderai hujan kemaren sore

Mungkin kisah kita masih puisi-puisi lugu yang mengendap di punggung-punggung kertas
Syair-syair bisu yang tercipta dari jemari bertaut dengan kecemasan
Ia belum memiliki panggung untuk menunjukkan jati diri
Hanya gigil hati tak bernama yang dipeluk doa-doa

Apakah kita bertemu untuk tinggal?
Sebab tamu tidak pernah menetap
Hanya datang sesaat,
mengetuk pintu hatimu hanya untuk kepentingannya belaka

Waktu tidak pernah memanipulasi keadaan
Juli dimusim hujan kala itu
Semua adalah keadaan yang telah direkam semesta
Bahkan jauh sebelum kita ada

Aku mungkin adalah cerita yang tak pernah kau impikan di diarymu sebelumnya
Dan kau adalah bahasa yang acap kusebut dalam doa
Yang belum mampu aku defenisikan untuk sebuah nama”
firman nofeki